Liputan6.com, Jakarta Saat konfigurasi pemain La Tahzan karya sutradara Hanung Bramantyo diumumkan ke publik, ada satu nama yang mencuri perhatian. Benidictus Siregar akan memerankan Karyo, salah satu asisten rumah tangga pasutri Alina dan Reza.
Dalam film La Tahzan, Alina diperankan Marshanda, sementara Reza dipercayakan pada Deva Mahenra. Pasutri ini dikaruniai dua anak. Prahara menerjang setelah Asih (Artiel Tatum) datang ke kediaman mereka sebagai baby sitter.
Benidictus Siregar bukan nama baru di industri film. Ia tampil kocak dalam Pabrik Gula yang mendulang 4,8 jutaan penonton. Kiprahnya di dunia seni dimulai dari ajang pencarian bakat Stand Up Comedy Indonesia di salah satu TV swasta pada 2014.
Kala itu, Benidictus Siregar mewakili Yogyakarta. Dua tahun sebelumnya, ia gabung dalam komunitas Stand Up Indo Kota Gudeg. Benidictus Siregar juga pernah ikut kompetisi Stand Up Comedy Academy Indosiar musim pertama lalu tereliminasi di putaran 11 besar.
Salting Ketemu Marshanda
Dalam wawancara eksklusif di kantor KLY Jakarta, baru-baru ini, Benidictus Siregar menyebut adu akting dengan Marshanda adalah mimpi jadi kenyataan. Saat kecil, ia menonton Marshanda saban Minggu malam dalam sinetron Bidadari.
Kini, ia satu proyek dengan idola masa kecil. “Aku sebagai Kang Karyo. Tangan kanan keluarga Alina, yang paling setia dan berprasangka baik. Ternyata selalu berprasangka baik itu ada sisi negatifnya,” kata Benidictus Siregar kepada Showbiz Liputan6.com.
Ia adu akting dengan Mbak Kar (Asri Welas) dengan karakter kebalikannya Karyo. Dalam La Tahzan, Mbak Kar digambarkan selalu waspada dan menjagai keluarga Alina. Kedatangan Asih memantik huru-hara. Mau tak mau, Kang Karyo terseret.
Kali pertama ketemu Marshanda, Benidictus Siregar salah tingkah. “Salting ketemu Kak Caca karena pengalamannya itu. Ada Kak Caca ditambah Mas Hanung, Deg-degan,” pemilik nama lengkap Benidictus Jananto Halomoan Siregar menyambung.
Benidictus Siregar berharap, bekerja sama dengan para bintang dan sutradara papan atas mengerek kualitas aktingnya. Ia mencuri banyak ilmu salah satunya, dari Asri Welas yang disebut effortless dalam menghidupkan adegan komedi.
“Dia effortless banget. Tiap dialog yang diucapkan selalu lucu. Di sini, tantangannya ada adegan drama dengan Asri Welas. Buat aku sangat berat. Aku sampai menandai adegan ini syuting di hari ke berapa saking takut,” ucap Benidictus Siregar.
Geleng-geleng Lihat Ariel Tatum dan Marshanda
La Tahzan diproduksi MD Pictures. Masih segar dalam ingatan Benidictus Siregar ketika direkrut dalam proyek ini lalu menerima naskah. Kali pertama baca naskah, aktor kelahiran Yogyakarta, 10 Januari 1990, menghela napas.
“Benar-benar huru-hara! Ketika selesai, (aku bilang) wow ini benaran? Take-nya mau diambil kayak gimana terutama adegan konfliknya. Di sini, frontal banget,” imbuhnya. Di lokasi syuting, Benidictus Siregar mencermati kinerja para aktor dan aktris.
Suatu hari, ia melihat Marshanda dan Ariel Tatum mengeksekusi adegan konflik yang menguras energi. Melihat kinerja mereka, Benidictus Siregar geleng-geleng. Pasalnya, begitu masuk set di depan kemera, Marshanda dan Ariel Tatum langsung berubah.
“Yang bikin aku geleng-geleng ketika mereka menunggu (waktu syuting) itu santai. Bukan menunggu di ruang tunggu, tapi di sebelah kamera. Menunggu take, santai jadi orang biasa. Pas masuk set, di depan kamera, langsung switch,” Benidictus Siregar bercerita.
“Itu aku belum bisa. Masih berpikir ini bagaimana mengumpulkan emosinya. Dua orang ini, kayak santai begitu saja. Jam terbang memang enggak bohong ya,” bintang film Sekawan Limo dan Cocote Tenggo menambahkan.
Aku Cinta Dua-duanya
Dalam kesempatan itu, Benidictus Siregar merasa terhormat diarahkan sineas peraih 2 Piala Citra, Hanung Bramantyo. Banyak yang bilang suami Zaskia Adya Mecca itu galak di lokasi syuting. Namun, Benidictus Siregar tak sependapat.
“Katanya (galak) tapi enggak kok. (Dia) suka mengajak diskusi. Aku agak takut (awalnya). Bagianku komedi. Di film-film sebelumnya aku terbiasa tanya komedinya mau gimana. Dengan Mas Hanung aku agak takut. Tatapannya ke monitor kayak gimana gitu,” akunya.
Benidictus Siregar lantas mengajukan sebuah formula komedi dan Hanung Bramantyo menyambut hangat usulan tersebut. Bekerja sama dengan beragam sineas membuatnya makin menikmati seni peran. Tampaknya, akting mulai jadi panggilan jiwa.
Meski jika dirunut ke belakang, Benidictus Siregar lahir dari panggung stand up comedy. Predikat komika melekat padanya. Namun, ia ingin akting dan melawak bisa berjalan beriringan. Benidictus Siregar cinta film dan komedi.
“Aku cinta dua-duanya dari awal. Memang aku dulu penonton film dan pertunjukan lawak. Usahaku lumayan pusing kalau di film. Dua-duanya menyenangkan. Lagi banyak di film, ya kita ikuti. Cuma ya itu, tiap film aku jadikan tempat belajar,” ucap Benidictus Siregar.
Ia sadar bukan lahir untuk akting. Karenanya, belajar dan belajar adalah kunci. Benidictus Siregar sejak awal memahami akting adalah aksi reaksi. Film adalah kerja kolektif. Satu orang tidak tampil maksimal, maka itu akan merusak hasil akhir.
“Karena memang aku enggak punya basic di situ (seni peran). Kalau enggak punya basic di situ berarti harus ada usaha lain minimal mengimbangi mereka biar aku enggak merusak filmnya,” ia berbagi perspektif.
Di tangan Manoj Punjabi, Benidictus Siregar optimistis La Tahzan akan sukses. Tak hanya production value, penyutradaraan, dan naskah, strategi promosi termasuk saoundtrack pun sangat diperhatikan. La Tahzan tayang di bioskop mulai 14 Agustus 2025.