Liputan6.com, Jakarta - Manusia terus mencari cara baru untuk berkomunikasi sejak ribuan tahun lalu, mulai dari bentuk komunikasi seperti ekspresi wajah, gambar, ucapan, surat menyurat, bahasa isyarat, dan email. Kemudian muncullah media sosial.
Platform media sosial berfokus pada komunitas dan partisipasi massa. Alih-alih mengetahui informasi kontak pribadi seseorang terlebih dahulu, pengguna media sosial dapat menemukan teman lama dan orang baru yang sepemikiran.
Saat ini, orang dapat saling menghubungi dari belahan dunia dengan zona waktu berbeda, berbagi file melalui cloud, dan menonton video yang sama secara bersamaan meskipun terpisah jarak. Melalui platform ini, seluruh ekosistem digital bisa terbentuk.
Apa itu Media Sosial?
Lantas, apa itu media sosial? Ada banyak bentuk komunikasi digital, tetapi tidak semuanya dianggap sebagai media sosial.
Mengutip Tech Target, Selasa (10/6/2025), media sosial merujuk pada situs web atau aplikasi yang mendukung berbagi konten, interaksi pengguna, dan pertukaran pesan dalam kerangka kerja kolaboratif.
Penekanan di sini pada konten yang dapat dibagikan dan interaksi sosial adalah kuncinya. Sementara banyak platform mendukung pengunggahan konten, media sosial memungkinkan keterlibatan dan kolaborasi yang lebih besar antara pengguna.
Konteks untuk interaksi ini bisa diartikan secara luas atau khusus, bergantung pada tujuan platform. Misalnya, beberapa jejaring sosial mungkin difokuskan pada koneksi bisnis dan pengembangan profesional, seperti LinkedIn. Platform Lainnya mungkin menargetkan berbagi gambar daripada teks, seperti Instagram.
Platform jejaring sosial kini semakin memfasilitasi media baru, seperti streaming video langsung atau ritel digital. Banyak selebritas dan profesional terkemuka juga menggunakan jaringan ini untuk berkomunikasi langsung dengan penggemar atau supporters dalam format yang lebih intim ketimbang media tradisional.
Definisi media sosial dapat berkembang seiring dengan perkembangan platform itu sendiri, tetapi komponen utama keterlibatan komunitas harus tetap ada.
Sejarah Media Sosial
Sejarah media sosial berakar pada bentuk komunikasi internet awal, seperti bulletin boards dan forum. Secara garis besar, media sosial dapat dibagi menjadi tiga era.
Pada dasarnya, sebagaimana dikutip dari Social Champ, kisah media sosial adalah perjalanan menarik yang menelusuri evolusi hubungan manusia di era digital.
Akarnya tidak terletak pada aplikasi khusus, tetapi pada masa-masa awal internet, di mana keinginan untuk berkomunikasi dan berbagi informasi mendorong lahirnya solusi inovatif.
Berikut adalah tinjauan terperinci tentang era-era utama dan titik balik media sosial:
1. Era Pra-Media Sosial (1970-an hingga Awal 2000-an)
1971: Awal Mula Email
Penemuan email oleh Ray Tomlinson menandai lompatan besar dalam komunikasi digital. Email memungkinkan orang untuk mengirim pesan lintas jarak, sehingga menumbuhkan rasa keterhubungan bahkan di dunia pra-internet.
1978: Munculnya Bulletin Board Systems (BBS)
Ward Christensen dan Randy Suess menciptakan BBS pertama, yang berfungsi seperti bulletin boards komunitas digital.
Pengguna dapat mengirim pesan tentang topik tertentu, berbagi berkas, dan terlibat dalam percakapan berbasis teks.
Ini adalah gambaran sekilas tentang komunitas daring yang kemudian berkembang pesat.
1980-an: Munculnya Komunikasi Berbasis Teks
Munculnya Usenet, jaringan grup berita, dan Internet Relay Chat (IRC atau mIRC) semakin memicu interaksi daring.
Usenet menawarkan forum berbasis topik, sementara IRC menyediakan ruang obrolan secara real-time bagi pengguna dengan minat yang sama untuk terhubung.
Platform ini menumbuhkan rasa memiliki dan meletakkan dasar bagi ruang daring interaktif.
2. Era Awal Media Sosial (2000-an)
1997: Six Degrees – Jejaring Sosial Pertama
Six Degrees, yang diluncurkan oleh Andrew Weinreich, sering dianggap sebagai situs jejaring sosial pertama yang sesungguhnya.
Pengguna dapat membuat profil, terhubung dengan teman, dan bahkan melihat “degrees of separation” mereka dari orang lain. Meskipun pada akhirnya memudar, Six Degrees membuka jalan bagi platform masa depan.
2002-2004: Munculnya Friendster dan LinkedIn
Diluncurkan pada tahun 2002, Friendster menghubungkan teman dari teman, menciptakan lingkaran sosial daring yang dinamis.
Pada tahun 2003, LinkedIn muncul sebagai platform jejaring profesional pertama. Platform ini memamerkan potensi media sosial untuk menghubungkan orang-orang untuk tujuan tertentu.
2004: Popularitas Facebook
Facebook milik Mark Zuckerberg merevolusi jejaring sosial. Antarmuka Facebook yang ramah pengguna memungkinkan pengguna berbagi pembaruan, foto, dan pesan serta terhubung dengan jaringan yang lebih luas. Popularitasnya menandai titik balik dalam interaksi daring.
2005 – 2006: Era Video dan Mikroblog Twitter
Pada tahun 2005, YouTube merevolusi konsumsi dan pembuatan konten visual sebagai platform berbagi video.
Pada tahun 2006, Jack Dorsey memperkenalkan Twitter, platform mikroblog untuk berbagi informasi yang ringkas dan cepat dengan batas 140 karakter (kemudian ditingkatkan).
Pada tahun 2022, akuisisi Twitter oleh Elon Musk memicu perubahan besar. Twitter diubah namanya menjadi “X” yang menandakan pergeseran ke arah visi 'aplikasi untuk segala hal'.
3. Era Media Sosial Modern (2010-an – Sekarang)
2010: Kekuatan Foto/Gambar pada Instagram
Peluncuran Instagram oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger menandai dimulainya era berbagi foto. Fokus platform pada penceritaan visual dan filter yang mudah digunakan mengubah cara orang mendokumentasikan dan berbagi kehidupan mereka secara daring.
2011: Pesan Singkat yang Terbatas – Snapchat
Pada tahun 2011, Evan Spiegel memperkenalkan Snapchat, yang berfokus pada pesan singkat yang menghilang setelah waktu tertentu.
Fokus pada momen-momen singkat dan pengalaman berbagi yang lebih privat ini menarik perhatian pengguna generasi baru.
2012 – 2016: Video Berformat Pendek Menjadi Sorotan
Vine (2012), dengan video berulang berdurasi 6 detik, dan TikTok (2016), yang berfokus pada konten kreatif berformat pendek, mampu mengubah konsumsi hiburan daring.
2015: Lahirnya Discord
Discord adalah sebuah platform yang awalnya dirancang untuk para gamer. Jason Citron dan Stanislav Vishnevskiy menciptakan Discord untuk game online, dengan fokus pada obrolan suara yang jelas dan kemudahan membangun komunitas.
Popularitas Discord meluas hingga ke luar game, menarik minat pengguna karena perpaduan obrolan teks, saluran suara, dan berbagi layar.
2020-an: Era AI dan Algoritme
Saat ini, AI dan algoritme canggih merupakan bagian integral dari platform media sosial. AI mempersonalisasi rekomendasi konten, menyesuaikan pengalaman beriklan, dan bahkan memoderasi konten.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang privasi, kontrol, dan potensi bias yang melekat dalam algoritme. Salah satu tambahan terbaru adalah Meta AI.
Mesin AI-nya mendukung fitur-fitur seperti chatbot dan rekomendasi konten di seluruh aplikasi media sosial. Mesin ini mempersonalisasi feed, menerjemahkan bahasa, dan menyederhanakan komunikasi--semuanya untuk membuat koneksi sosial lebih lancar.
2023: Munculnya Threads
Twitter (X) memperkenalkan Threads yang memungkinkan pengguna merangkai tweet menjadi narasi yang kohesif, sehingga menciptakan inovasi dalam penceritaan media sosial.
Hal ini mendorong penceritaan bentuk panjang dan diskusi mendalam pada format platform yang secara tradisional dibatasi karakter.