Liputan6.com, Jakarta Salah satu bintang muda yang bersinar kariernya di layar lebar, Aisha Nurra Datau. Setelah membintangi film Dua Hati Biru, aktris kelahiran 31 Juli 2004, ini adu akting dengan Jourdy Pranata dalam Jodoh 3 Bujang.
Dalam film karya sineas Arfan Sabran itu, Aisha Nurra Datau sebagai Rifa. “Aku dan Rifa sangat beda dari semua aspek. Rifa berada di lingkungan keluarga berpendidikan, bapaknya pebisnis, ibunya dokter,” katanya.
Aisha Nurra Datau lahir dari keluarga seniman. Ibunya Ine Febriyanti, peraih Piala Citra Pemeran Utama Wanita Terbaik dalam film Budi Pekerti. Ayahnya Yadi Dattau, penata sinematografi yang telah menang 5 Piala Citra.
Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini menghimpun 6 fakta Aisha Nurra Datau membintangi Jodoh 3 Bujang, yang diproduksi Starvision Plus. Film ini menyapa bioskop seluriuh Indonesia mulai 26 Juni 2025.
1. Kesan Pertama Begitu Bahagia
Kali pertama baca naskah Jodoh 3 Bujang, Aisha Nurra Datau bahagia menyadari Indonesia punya banyak budaya. Ini kali pertama ia membintangi film bertema budaya, khususnya Makassar. Aisha Nurra Datau makin bahagia saat tahu lawan mainnya Jourdy Pranata.
“Jadi excited khususnya main sama Kak Jourdy yang aku kenal dari kali pertama masuk kelas akting Rumah Art. Waktu itu umurku 17 tahun, ketemu dia, lalu dapat kesempatan main dengan cerita yang segar. Itu bikin aku tertarik main Jodoh 3 Bujang,” ia mengenang.
2. Nurra dan Rifa Beda Banget
Aisha Nurra Datau menyebut Rifa beda 180 derajat dengannya. Rifa sangat mementingkan pendidikan. Aisha Nurra Datau juga tadinya mementingkan pendidikan terus kecempung di dunia seni peran lalu dokus di bidang tersebut.
“Ada banyak hal yang aku bayangkan ada di Rifa, yang seharusnya dia ambil keputusan-keputusan ini jika dia tumbuh dari keluarga seperti ini, enggak sesuai sama ekspektasiku. Jadi sulit buat aku menerima karakter Rifa,” Aisha Nurra Datau membeberkan.
3. Kehebatan Arfan Sabran
Pendalaman karakter memudahkan Aisha Nurra Datau menjadi Rifa. Ia deg-degan bekerja sama dengan Arfan Sabran. Apalagi Jodoh 3 Bujang menandai debut sang sineas dalam film fiksi panjang. Sebelumnya, Arfan Sabfran lebih dikenal sebagai sutradara film dokumenter.
“Lebih ke deg-degan, cocok enggak gaya penyutradaraan Mas Arfan yang kita tahu latarnya dari dokumenter dan ini film pertamanya. Ternyata, cocok banget!” ujarnya lalu menyebut, “Ia memberi kami ruang yang luas untuk mengeksplorasi peran tapi tetap dalam arahan dia.”
4. Yang Paling Menyita Energi Selama Syuting...
Ditanya bagian tersulit, Aisha Nurra Datau mengakui seluruh adegan dalam film Jodoh 3 Bujang menyita energi karena dialek Makassar. Menurutnya, dialek lebih sulit daripada belajar bahasa. Bahasa ada kamusnya, dengan definisi yang jelas.
“Kalau dialek itu seperti orang enggak bisa nyanyi dalam waktu singkat disuruh dan harus bisa. Untuk mengikuti ritme dialek butuh waktu cukup panjang sebenarnya. Butuh kebiasaan 4 bulanan untuk bisa menbawakan secara natural,” Aisha Nurra Datau membeberkan.
5. Arswendy Dikira Iwan Fals
Ada banyak cerita seru selama syuting Jodoh 3 Bujang di Makassar. Suatu hari, ketika senggang, Aisha Nurra Datau mengajak Arswendy Bening Swara makan Mie Titi. Tiba di tujuan, para karyawan restoran itu menyangka Arswendy Bening Swara adalah Iwan Fals.
“Setelah duduk di rumah makan, tiba-tiba mbak karyawan restoran bertanya: Bapak Iwan Fals, ya? Semua mbak itu kayak maksa, enggak mau tahu pokoknya lo adalah Iwan Fals. Setelah itu, mbak-mbak itu berjejer untuk foto sama beliau,” cetusnya seraya tertawa.
6. Ruwet. Labil. Makassar.
Aisha Nurra Datau mengingat syuting film Jodoh 3 Bujang menyenangkan. Semangat kekeluargaannya sungguh terasa. Para pemain menghabiskan waktu bersama dari main padel hingga biliar di sela syuting.
“Bonding-nya kuat banget,” ucap Aisha Nurra Datau dalam wawancara eksklusif di Gedung KLY Jakarta, baru-baru ini. Saat diminta menggambarkan Jodoh 3 Bujang dalam tiga kata, ia menyebut, “Ruwet. Labil. Makassar.”