Stuntinghub dari Telkom: Solusi Berbasis Teknologi yang Berdayakan Masyarkat Lokal

1 week ago 35

Liputan6.com, Jakarta Guna menekan angka prevalensi stunting, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) menggelar program Stunting Terpadu di empat wilayah prioritas, yakni Pamekasan (Jawa Timur), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Makassar (Sulawesi Selatan), dan Senaru (Nusa Tenggara Barat).

Selain itu, Telkom juga menghadirkan aplikasi Stuntinghub untuk membantu kader kesehatan lokal melakukan pencatatan, pemantauan, dan pelaporan pertumbuhan anak secara berkala.

SGM Social Responsibility Telkom, Hery Susanto mengatakan, program tersebut merupakan komitmen Telkom memperluas dampak sosial melalui pemanfaatan digitalisasi untuk menyelesaikan persoalan-persoalan mendasar bangsa. 

“Melalui Stuntinghub, kami tidak hanya menghadirkan solusi berbasis teknologi, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal sebagai pelaku utama perubahan," katanya.

"Inisiatif ini selaras dengan upaya Telkom dalam mendukung pencapaian SDGs dan mendorong masyarakat yang mampu membawa dampak nyata bagi lingkungannya,” jelas Hery.

Dengan begitu, Telkom memperkuat peran sebagai katalisator perubahan sosial dengan mengedepankan pendekatan berbasis data dan teknologi. Integrasi platform digital dengan peran aktif komunitas lokal pun menjadi strategi jangka panjang dalam meningkatkan kualitas kesehatan anak dan keluarga.

Upaya ini sekaligus menjadi kontribusi nyata Telkom dalam mendukung agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 2 (Tanpa Kelaparan) dan poin 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), demi terciptanya generasi masa depan yang lebih sehat dan tangguh.

Lakukan 90 Hari PMT

Sebagai bagian dari intervensi gizi, program yang dihadirkan Telkom juga mencakup pelaksanaan 90 Hari Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak-anak dengan status gizi buruk.

Menu makanan yang diberikan dirancang berbasis pangan lokal seperti nasi jagung, sayur kelor, pepes ikan, dan bubur labu, yang dimasak kader kesehatan lokal secara mandiri menggunakan bahan yang tersedia di lingkungan setempat. Distribusi makanan dilakukan setiap hari ke rumah-rumah sasaran.

Program itu dilaksanakan di Senaru, Pamekasan, dan Makassar, dengan respons positif dari masyarakat.

Di masing-masing wilayah, kader kesehatan tidak hanya menjalankan pemantauan gizi, namun juga berperan sebagai agen perubahan yang mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

“Kami tinggal di kaki gunung, kadang akses ke puskesmas susah. Dengan adanya program ini, kader sering datang membawa makanan sehat dan memeriksa perkembangan anak saya. Saya juga diajari cara memasak dari bahan yang ada di kebun sendiri,” ujar warga Desa Senaru, NTB Liana Sari.

(*)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |