Review Film BELIEVE: Mimpi, Takdir, dan Keberanian dengan Latar Belakang Perang

3 months ago 55

Liputan6.com, Jakarta - Film BELIEVE: Mimpi, Takdir, dan Keberanian karya rumah produksi Bahagia Tanpa Drama, hadir sebagai salah satu film yang menyajikan cerita menarik dengan latar belakang perang. 

Berdasarkan kisah nyata dari buku biografi Jenderal TNI Agus Subiyanto berjudul Believe – Based on a True Story of Faith, Dream, and Courage menjadikan film ini layak ditonton oleh seluruh masyarakat Indonesia. 

Film yang disutradarai oleh Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana ini menonjolkan sebuah konflik yang disertai dengan narasi emosional seputar keluarga, kehilangan, dan kesetiaan. 

Ajil Ditto yang berperan sebagai pemeran utama yaitu Agus, juga memberikan penampilan terbaiknya, membuat pesan yang ingin disajikan dalam film ini tersampaikan dengan baik kepada penonton.

Pemeran lainnya seperti Adinda Thomas, Wafda Saifan, Maudy Koesnaedi, Marthino Lio, dan pemeran pendukung lainnya juga hadir dengan bakat akting yang luar biasa. 

Menyajikan Latar Belakang Perang Tahun 1970an

Film ini menceritakan tentang Agus (Ajil Ditto) yang tumbuh dalam bayang-bayang sang Ayah, Sersan Kepala Dedi (Wafda Saifan) seorang prajurit yang bertempur dalam Operasi Seroja tahun 1975. 

Suatu hari Agus harus kehilangan sang ayah dan hal tersebut membuat ia terinspirasi oleh pengorbanan dan keberanian yang dimiliki oleh sang ayah. Akhirnya, Agus mengambil keputusan yang sangat besar untuk menjadi seorang prajurit. 

Di tengah menjalankan tugas, Agus dipertemukan dengan Miro (Marthino Lio) pemimpin separatis yang merupakan musuh sang ayah. Sebagai seorang prajurit, Agus harus bergulat hingga berkorban untuk keluarga dan bertanggung jawab melindungi anak buat serta warga sipil yang tidak bersalah. 

Dari perjalanannya ini, Agus perlahan-lahan mengerti arti keberanian dan pengorbanan yang dimiliki sang ayah. 

Audiovisual yang Sekitar Tahun 1970an

Mengangkat cerita perang yang terjadi sekitar tahun 1970an membuat film ini menggunakan warna, pencahayaan, serta suara yang bisa menggambarkan medan perang. 

Tentunya hal tersebut bukanlah hal yang mudah, namun film ini berhasil menyajikan visual yang menggambarkan medan perang tersebut dan disertai dengan audio berupa ledakan serta tembakan yang membuat adegan dari setiap film ini terasa nyata.

Pesan dari Celerina Judisari Sebagai Produser

Celerina Judisari menceritakan bahwa sang ayah merupakan bagian dari pasukan yang berangkat ke Seroja. Hal itu menjadi salah satu motivasi ia untuk bisa membagikan peristiwa tersebut. 

“Pada dasarnya semua perang kita merasa semua perang itu dirugikan ya.” ujar Celerina Judisari. Selain mengedepankan rasa keberanian, film ini juga menceritakan mengenai keberanian.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |