Pentingnya Sistem Backup Andal di Tengah Serangan Siber yang Makin 'Brutal'

6 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Serangan siber, khususnya ransomware, menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan di Indonesia.

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat lebih dari 120 juta serangan siber sepanjang tahun 2024, dengan ransomware menjadi salah satu ancaman utama.

Insiden gangguan pada Pusat Data Nasional (PDN) tahun lalu menjadi bukti nyata betapa masifnya dampak serangan siber, tidak hanya bagi korporasi, tetapi juga terhadap kelancaran layanan publik.

Menanggapi situasi ini, Country Manager Synology, Clara Hsu, menekankan perlunya kesiapan perusahaan dalam menghadapi ancaman siber yang semakin canggih.

Ia mengklaim, ActiveProtect hadir sebagai solusi perlindungan data yang tangguh, namun tetap mudah digunakan dan dikelola.

Dengan demikian, pelaku bisnis dapat fokus pada operasional tanpa dibayangi kekhawatiran kehilangan data akibat serangan siber," ujar Clara Hsu dalam keterangan resminya, Minggu (23/2/2025).

ActiveProtect sendiri merupakan solusi perlindungan data terintegrasi yang menggabungkan perangkat lunak pencadangan, server, dan penyimpanan dalam satu sistem.

Deretan Fitur Unggulan ActiveProtect

Solusi ActiveProtect menawarkan sejumlah fitur utama, antara lain:

  • Solusi All-in-One: Integrasi fungsi pencadangan, pemulihan, dan pengelolaan data dalam satu perangkat, menyederhanakan pengelolaan TI.
  • Dukungan Luas: Perlindungan data untuk berbagai platform, mulai dari PC, Mac, server fisik, mesin virtual, database, hingga layanan Microsoft 365.
  • Manajemen Skala Besar: Pemantauan hingga 150.000 beban kerja atau 2.500 lokasi melalui ActiveProtect Manager (APM).
  • Keamanan Maksimal: Fitur immutable backup, air-gap, dan kepatuhan regulasi untuk melindungi data dari ransomware dan ancaman lainnya.
  • Efisiensi Tinggi: Teknologi deduplikasi global mengurangi beban jaringan hingga 99% dan kebutuhan penyimpanan hingga 50%.
  • Harga Transparan: Model pembelian satu kali tanpa biaya langganan tambahan, serta kemampuan pengelolaan hingga tiga server pencadangan tanpa lisensi tambahan.

Dengan fitur-fitur tersebut, ActiveProtect diklaim mampu memberikan perlindungan data yang lebih efektif dan efisien bagi berbagai jenis organisasi.

Ancaman Serangan Siber Berpotensi Lumpuhkan Ekonomi Indonesia?

Di sisi lain, Pengamat Perbankan Paul Sutaryono, mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, serangan siber terhadap sektor perbankan telah menjadi ancaman serius yang bisa berdampak besar pada perekonomian nasional.

Paul Sutaryono mengungkapkan gangguan layanan bank akibat serangan siber bisa menyebabkan kelumpuhan dalam transaksi nasabah. Hal ini pada gilirannya akan mengganggu kelancaran bisnis, yang ujung-ujungnya berpotensi merusak stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

"Layanan bank terhadap nasabah bisa lumpuh. Akibatnya, bisnis nasabah kurang lancar. Ujungnya, perekonomian juga jadi terganggu," kata Paul kepada Liputan6.com, Senin (3/2/2025).

Disisi lain, Paul menilai, serangan siber yang terus-menerus dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan suatu negara, namun dampaknya sangat tergantung pada seberapa besar bank yang terkena.

Menurutnya, semakin besar ukuran bank, semakin besar pula potensi gangguan pada sistem keuangan. Ketika bank besar terganggu operasionalnya, efek domino bisa meluas ke sektor lainnya.

"Itu tergantung pada seberapa besar bank yang terkena serangan siber. Makin besar bank, makin besar potensi sistem yang diakibatkannya," ujarnya.

Oleh karena itu, sektor perbankan yang lebih besar dan lebih terintegrasi dalam sistem ekonomi lebih rentan terhadap dampak negatif dari serangan siber.

Mitigasi Risiko dan Biaya Keamanan Siber

Adapun untuk menghadapi ancaman siber ini, Paul menilai hampir seluruh bank telah mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi risiko.

Namun, pengamanan ini tidak murah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya yang tinggi untuk menjaga keamanan siber seringkali berdampak pada harga layanan perbankan.

Biaya tambahan ini bisa mempengaruhi nasabah, terutama yang bergantung pada layanan perbankan dengan tarif tertentu. Dengan demikian, ada keseimbangan yang harus dicapai antara pengamanan yang efektif dan biaya yang harus ditanggung oleh nasabah.

"Semua bank pasti sudah mitigasi risiko serangan siber. Ketika biayanya terlalu besar bisa jadi berdampak pada biaya layanan perbankan," ujar dia.

Infografis Kejahatan Siber (Liputan6.com/Abdillah)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |