Nostalgia Tradisi Lebaran di Era 1990-an yang Penuh Kenangan, Momen Keceriaan Sebelum Maraknya Teknologi Digital

22 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Lebaran atau Idul Fitri adalah momen yang sangat dinanti-nanti oleh umat Muslim di Indonesia. Namun, jika kita melirik ke belakang, tepatnya di era 1990-an, tradisi Lebaran memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan sekarang. Tanpa banyaknya pengaruh teknologi digital yang belum marak, perayaan ini lebih sederhana dan menekankan pada kebersamaan.

Salah satu tradisi yang paling diingat adalah pawai takbir keliling. Malam takbiran, anak-anak dan orang dewasa berbondong-bondong meramaikan kampung dengan obor di tangan dan bedug yang dipukul.

Suasana meriah ini sudah jarang kita temui sekarang, meskipun masih ada di beberapa daerah. Selain itu, menyalakan petasan dan kembang api menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Lebaran.

Di era 90-an, mudik menjadi momen penting yang penuh perjuangan. Moda transportasi terbatas membuat perjalanan pulang kampung sering kali penuh sesak, namun pengalaman ini menjadi kenangan tersendiri.

Tayangan televisi juga menjadi hiburan utama, dengan film-film legendaris seperti Warkop DKI dan acara lawak yang selalu ditunggu-tunggu keluarga.

Promosi 1

Pawai Takbir Keliling dan Kemeriahan Malam Takbiran

Malam takbiran di era 90-an diwarnai dengan pawai keliling kampung. Anak-anak dan dewasa berpartisipasi dengan semangat, membawa obor dan menaiki kendaraan yang dihias. Suara bedug yang dipukul menambah suasana meriah.

Meskipun tradisi ini masih ada di beberapa tempat, semaraknya tidak sebanding dengan masa lalu. Hal ini menunjukkan bagaimana tradisi bisa berkurang seiring dengan perkembangan zaman.

Menyalakan petasan dan kembang api juga menjadi bagian penting dari perayaan. Anak-anak biasanya membeli petasan dan menyalakannya bersama teman-teman, menciptakan suasana yang penuh keceriaan. Namun, kebiasaan ini kini mulai berkurang, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan keselamatan.

Mudik: Perjuangan Pulang Kampung yang Penuh Kenangan

Tradisi mudik di era 1990-an sangat berbeda dengan sekarang. Moda transportasi yang terbatas membuat perjalanan pulang kampung menjadi tantangan tersendiri. Banyak pemudik yang menggunakan bus dan kereta api, seringkali dalam kondisi penuh sesak. Meskipun melelahkan, perjalanan ini penuh dengan kenangan dan cerita.

Ketika sampai di kampung halaman, suasana hangat dan penuh kasih sayang menyambut. Keluarga berkumpul, saling memaafkan, dan berbagi kebahagiaan.

Tradisi sungkeman kepada orang tua dan kerabat menjadi momen yang sangat dihargai, bahkan keluarga Soeharto yang saat itu menjabat presiden RI pun sering kali ditayangkan di media massa saat melakukan tradisi ini.

Hiburan Keluarga: Film dan Acara Televisi yang Tak Terlupakan

Selama Lebaran, tayangan televisi menjadi hiburan utama bagi keluarga. Film-film Warkop DKI dan acara lawak seperti Srimulat dan Bagito, kala itu menjadi tayangan favorit yang dinanti-nanti.

Selain itu, lagu-lagu Lebaran klasik karya Ismail Marzuki dan Bimbo sering diputar, menambah suasana meriah. Ini adalah waktu di mana keluarga berkumpul dan menikmati momen kebersamaan di depan layar televisi.

Open House dan Tradisi THR yang Menghangatkan

Open house atau silaturahmi ke rumah sanak saudara dan tetangga masih menjadi tradisi yang umum. Anak-anak mendapatkan THR (Tunjangan Hari Raya) dari orang tua dan kerabat.

Meskipun nominalnya kecil dibandingkan sekarang, tetapi tetap memiliki makna yang dalam bagi anak-anak. Ini adalah saat di mana mereka bisa membandingkan angpao yang diterima, menambah keceriaan di hari Lebaran.

Permainan Tradisional dan Keceriaan Anak-anak

Di era 90-an, anak-anak lebih banyak bermain permainan tradisional seperti bola bekel dan lompat tali. Keterbatasan teknologi membuat mereka lebih kreatif dalam mencari hiburan. Permainan ini tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mempererat hubungan antar teman. Kebersamaan dan keceriaan di saat Lebaran sangat terasa saat anak-anak bermain di halaman rumah.

Secara keseluruhan, Lebaran di era 1990-an lebih sederhana dan menekankan pada keakraban keluarga dan komunitas. Suasana perayaan terasa kental dengan nuansa tradisional dan kebersamaan. Meskipun perkembangan teknologi telah mengubah banyak aspek perayaan Lebaran, kenangan akan tradisi di era 90-an tetap membekas bagi banyak orang.

Dengan adanya teknologi, kini kita memiliki peluang untuk melestarikan tradisi Lebaran dengan cara yang inovatif. Pemanfaatan teknologi digital untuk mempromosikan dan mengedukasi tentang tradisi Lebaran dapat membantu generasi muda untuk mengenal dan menghargai warisan budaya ini. Mari kita jaga dan lestarikan tradisi Lebaran agar tetap hidup dan relevan di masa depan.

Pelakon memainkan musikal sinematik City of Love di Plenarry Hall Jakarta Convention Center, Jakarta, Jumat (14/2/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |