Komitmen Piyu Padi Perjuangkan Royalti dan Hak Musisi, Soroti Akses Data Karya dan Nilai Ekonominya

Liputan6.com, Jakarta - Masalah royalti lagu dan musik masih jadi sorotan publik. Sejumlah musisi buka suara salah satunya, Piyu Padi yang memperkenalkan Mantra Digital. Platform teknologi berbasis data ini dirancang untuk memperkuat ekosistem musik secara adil, terbuka, dan berkelanjutan.

Lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, pada Rabu (24/12/2025), Piyu Padi menyebut platform ini salah satu komitmennya dalam memperjuangkan hak-hak musisi dan insan kreatif, khususnya dalam hal akses terhadap data karya dan nilai ekonominya.

Mantra Digital diklaim membangun transparansi, akuntabilitas, dan kesetaraan akses informasi dalam industri musik. Ini memungkinkan musisi, komposer, publisis, dan produser untuk mencatat, mengelola, juga memantau data karya secara sistematis sekaligus transparan.

Dikembangkan bukan sebagai lembaga penarik atau pengelola royalti, platform ini memungkinkan seluruh pihak (yang berkepentingan dalam sebuah karya musik) bisa melihat data yang sama, pada waktu yang sama, sesuai hak maupun perannya masing-masing.

Kehadirannya diarahkan sebagai solusi struktural atas persoalan mendasar industri musik Indonesia, yakni ketimpangan akses informasi dan lemahnya pengelolaan data. “Masalah terbesar industri musik kita bukan pada talenta, tetapi pada sistem,” beri tahu Piyu Padi.

“Musisi terlalu lama berjalan tanpa visibilitas data atas karyanya sendiri. Karenanya Mantra Digital hadir untuk mengembalikan kendali informasi itu kepada pemilik hak secara terbuka, terukur, dan adil,” Founder Mantra Digital tersebut menambahkan.

Polemik royalti lagu yang masih terus bergulir. Tim Perumus Revisi Undang-Undang Hak Cipta dibentuk untuk menyelesaikan polemik royalti lagu, takut nyanyi dan putar lagu kena royalti, jangan takut lagi. DPR RI menjamin masyarakat tidak akan ditagih r...

Lebih lanjut, Piyu Padi menjelaskan, dengan pendekatan teknologi, Mantra Digital mendorong terciptanya ekosistem industri yang lebih sehat, di mana kepercayaan dibangun melalui sistem terukur, bukan sekadar asumsi atau relasi personal.

Sebagai langkah awal pihaknya menjalin kolaborasi strategis dengan PT Handhindra Jeka untuk melakukan optimalisasi dan penataan data karya-karya perusahaan rekaman legendaris JK Record. Piyu Padi menyambut hangat kolaborasi ini.

“Yang kami tawarkan perubahan cara memandang kepemilikan dan kekuasaan data. Selama ini, persoalan royalti sering dipersempit pada siapa yang menarik dan membagi, padahal persoalan utamanya siapa yang memegang data dan memiliki akses terhadapnya,” urainya.

Bagi musisi independen dan komposer daerah, Mantra Digital menyediakan pencatatan karya secara rapi, kepemilikan jelas, serta riwayat penggunaan yang dapat ditelusuri sehingga membuka akses kerja sama yang lebih adil tanpa kehilangan posisi tawar.

Sementara bagi pihak publisis dan perusahaan rekaman, Mantra Digital menyederhanakan pengelolaan katalog juga kontrak. Data menjadi aset produktif, akuntabilitas meningkat, dan potensi konflik dapat diminimalkan.

“Bagi industri musik nasional, kami mendorong standar kerja berbasis sistem dan data, bukan relasi personal, agar industri musik Indonesia sejajar dengan ekosistem global yang menuntut transparansi dan auditabilitas,” Piyu Padi menyambung.

“Ini infrastruktur netral, tempat seluruh pihak dapat berdiri sejajar karena berpijak pada data yang sama,” pungkasnya seraya mengajak seluruh pelaku industri musik Indonesia beralih menuju ekosistem yang lebih terbuka, terukur, dan berkeadilan.

Wayan Diananto, Ratnaning AsihTim Redaksi