Inovasi Baterai HP dari Masa ke Masa, Ada yang Awet sampai 68 Tahun!

1 week ago 14

Liputan6.com, Jakarta - HP sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu faktor yang membuat perangkat ini praktis dan bisa diandalkan adalah baterai yang kuat dan ringkas.

Seiring meningkatnya kebutuhan pengguna, teknologi adalah baterai yang kuat dan ringkas. Seiring meningkatnya kebutuhan pengguna, teknologi baterai ponsel terus mengalami perkembangan pesat.

Perjalanan Teknologi Baterai Ponsel

Melansir Azom, Rabu (22/5/2025), teknologi baterai HP sudah mengalami banyak perubahan sejak era 1980an.

Menurut artikel di InfoMat (Wiley), ponsel pertama Motorola DynaTAC 8000X yang rilis pada 1983 dibekali baterai Nickel-Cadmium (Ni-Cd) berkapasitas hanya 500mAh 

Lalu di era 1990an, baterai Ni-Cd mulai ditinggalkan dan digantikan oleh Nickel-Metal Hydride (NiMH) yang lebih ramah ligungan dan punya daya lebih besar, meski masih terkena efek memori yang bikin performanya menurun seiring waktu.

Perubahan besar terjadi di akhir 1990an hingga awal 2000an, ketika baterai Lithium-Ion mulai dipakai secara luas. Selain lebih padat energi, baterai ini juga bebas dari efek memori.

Sampai saat ini, Li-Ion masih menjadi teknologi utama di ponsel modern.

Baterai Solid-State: Lebih Aman dan Tahan Lama

Salah satu inovasi yang cukup menjanjikan adalah baterai solid-state. Berbeda dengan Li-Ion yang menggunakan elektrolit cair, baterai ini memakai elektrolit padat yang membuatnya lebih aman dan punya kepadatan energi lebih tinggi.

Sejumlah perusahaan besar seperti Toyota, Samsung, BMW, sampai startup asal AS bernama Solid Power sedang mengembangkan teknologi ini. 

Menariknya, baterai buatan Solid Power diklaim bisa lebih efisien dan hemat biaya hingga 35 persen dibanding baterai biasa.

Baterai Berbasis Grafena

Grafena adalah material super tipis berbahan karbon yang dikenal sangat kuat, fleksibel, dan konduktor listrik yang sangat baik. Karena sifatnya itu, grafena dianggap cocok untuk digunakan dalam baterai ponsel dan superkapasitor.

Huawei, Samsung, hingga proyek riset Eropa bernama Graphene Flagship sedang menjajaki potensi baterai berbasis grafena untuk perangkat seluler.

Inovasi lain yang cukup menarik adalah penggunaan sel bahan bakar hidrogen. Baterai ini menghasilkan listrik dari reaksi antara hidrogen dan oksigen, dan hanya menghasilkan air sebagai limbahnya, jadi sangat ramah lingkungan.

Baterai Sodium-Ion: Alternatif Murah dan Melimpah

Sodium-ion menjadi alternatif baru untuk baterai lithium-ion. Karena sodium lebih melimpah dan murah dibanding lithium, teknologi ini dinilai punya potensi besar. 

Selain itu, sodium-ion juga lebih aman daripada baterai berbasis karbon.

Menurut Journal of Physics: Energy, material berbasis titanium dianggap sebagai kandidat kuat untuk anoda sodium-ion karena murah, mudah diproses, dan tidak beracun. 

Perusahaan seperti Faradion (UK), Tiamat (Eropa), Altris AB, HiNa (China), dan Natron Energy (AS) tengah aktif mengembangkan baterai ini.

Baterai Thin-Film: Diklaim Tahan hingga 68 Tahun

Inovasi terbaru datang dari perusahaan asal Rzeszow, Polandia, bernama The Batteries. Mereka mengembangkan baterai tipis (thin-film) yang diklaim bisa bertahan hingga 68 tahun. 

Selain daya tahan, baterai ini juga bisa diisi penuh hanya dalam waktu delapan menit.

Teknologi ini juga tidak menggunakan senyawa kimia tambahan dan memiliki kepadatan energi mencapai 1.200 Wh/I, hampir dua kali lipat dan baterai lithium-ion konvensional.

Saat ini mereka sedang membangun pabrik percontohan untuk memulai produksi massal.

Proyeksi Pasar dan Masa Depan Baterai Ponsel

Menurut laporan Allied Market Research, nilai pasar baterai ponsel global mencapai 21,2 miliar dolar pada 2020 dan diprediksi naik menjadi 38,6 miliar dolar pada 2030, dengan pertumbuhan tahunan (CAGR) 6,3 persen sepanjang 2021–2030.

Wilayah Asia-Pasifik seperti Tiongkok, India, dan Jepang diprediksi tetap menjadi pasar utama. 

Namun, Amerika Utara dan Eropa juga mengalami pertumbuhan berkat meningkatnya permintaan akan baterai yang lebih canggih.

Tak hanya itu, baterai fleksibel dan elastis juga jadi area riset baru yang menjanjikan. Jenis baterai ini bisa dilipat atau ditarik tanpa merusak fungsinya, sehingga cocok untuk perangkat wearable masa depan.

Perkembangan teknologi baterai ponsel tak cuma meningkatkan daya tahan dan efisiensi, tapi juga membuka jalan untuk desain ponsel dan perangkat baru yang lebih inovatif dan ramah lingkungan. 

Infografis Baterai Ponsel Meledak (Liputan6.com/Triyasni)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |