Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan menegaskan keseriusannya dalam mendorong kemajuan ekosistem perfilman nasional ke kancah internasional. Kehadiran delegasi Indonesia di Festival Film Cannes menjadi bukti komitmen tersebut, dengan fokus membangun jejaring kerja sama, baik di tingkat nasional maupun global, melalui skema seperti matching fund dan kemitraan publik-swasta (public-private partnership).
Sebagai bagian dari strategi memperluas jangkauan film Indonesia, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengadakan pertemuan bilateral dengan Direktur Artistik Venice Film Festival, Alberto Barbera. Pertemuan ini membahas kesiapan Indonesia untuk berpartisipasi dalam ajang bergengsi Venice Film Festival yang akan digelar pada Agustus hingga September 2025.
Dalam pertemuan tersebut, turut hadir sineas senior Garin Nugroho yang dikenal luas sebagai sutradara, penulis skenario, dan produser film dengan reputasi internasional. Garin juga merupakan pendiri Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) dan JAFF Market, salah satu pasar film terbesar di Indonesia yang memfasilitasi kolaborasi dan promosi sinema Asia.
“Ekosistem perfilman Indonesia yang semakin kuat merupakan bukti kebangkitan industri perfilman kita. Indonesia siap untuk hadir dan berpartisipasi aktif dalam berbagai festival film internasional, termasuk Venice Film Festival yang merupakan festival film internasional tertua di dunia,” ujar Menteri Fadli Zon.
Mengirimkan Empat Film ke Venice Film Festival
Pada tahun ini, Indonesia akan mengirimkan empat film ke Venice Film Festival. Keempat film tersebut adalah Pangku, debut penyutradaraan dari aktor Reza Rahadian; Sleep No More, karya terbaru sutradara Edwin yang diproduksi oleh Palari Films; Levitating, film terbaru garapan Wregas Bhanuteja; serta Fox King, hasil kolaborasi antara produser Indonesia Yulia dan produser Malaysia, Woo Ming Jin.
Fadli Zon menekankan bahwa keterlibatan film-film Indonesia di berbagai festival film internasional tak hanya mencerminkan kemajuan industri, tetapi juga menjadi sarana strategis dalam memperkenalkan budaya bangsa.
“Saya percaya bahwa kehadiran film-film Indonesia di panggung internasional menjadi sarana diplomasi budaya yang efektif dalam memperkenalkan budaya dan identitas bangsa Indonesia. Kementerian Kebudayaan akan terus hadir dalam memastikan berbagai upaya pemajuan kebudayaan nasional, salah satunya yaitu dengan membangun ekosistem film yang berakar pada jati diri dan budaya bangsa,” jelasnya.
Membuka Peluang Kolaborasi Lebih Luas
Indonesia juga membuka peluang kolaborasi lebih luas dengan Venice Film Festival, termasuk kemungkinan menjadi Country of Focus dalam ajang Venice Bridge Financing Market yang dijadwalkan berlangsung Agustus ini di Venice.
Menteri Fadli menyampaikan apresiasi atas peran Venice Film Festival sebagai salah satu festival paling prestisius di dunia yang terus menjadi wadah bagi ekspresi dan narasi sinema global.
Ia menambahkan bahwa perkembangan industri film Indonesia saat ini menunjukkan lonjakan signifikan, yang dibuktikan dengan keikutsertaan film-film tanah air di berbagai festival dunia, termasuk Cannes. Salah satu contohnya adalah film Renoir, proyek internasional yang dibintangi talenta perfilman Indonesia dan baru saja tayang perdana di Cannes.
“Kementerian Kebudayaan siap membangun kolaborasi jangka panjang dengan Venice Film Festival dan membuka peluang kerja sama strategis demi memperkuat diplomasi budaya Indonesia melalui sinema,” pungkas Fadli Zon.