Film Rego Nyowo Usung Fenomena Pocong Gantung, Diah Permatasari dan Rizal Mantovani Bilang Begini

3 months ago 45

Liputan6.com, Jakarta Film Rego Nyowo karya Rizal Mantovani yang diproduksi Hitmaker Studios diperkenalkan ke publik lewat gala premiere pada Jumat (25/7/2025) di Plaza Indonesia, Jakarta. Mengadaptasi kisah viral “Kosan Berdarah,” film ini mengangkat kengerian rumah indekos yang dihantui entitas pocong gantung.

Diah Permatasari memerankan sosok Mama Cegil dengan energi tak terduga. “Baru pertama kali saya jadi Cegil, itu jujur saja, awalnya saya enggak tahu bakal seintens ini, tapi ternyata menarik banget,” kata Diah Permatasari.

Bintang sinetron Si Manis Jembatan Ancol itu mengakui karakter ini sangat beda dari peran-peran horor sebelumnya, seperti arwah gentayangan, karena Mama Cegil adalah manusia nyata.

Sutradara Rizal Mantovani menekankan pentingnya pendekatan personal dalam proses pendalaman karakter, terutama bagi pemain muda. “Bukan soal umur, tapi seberapa dalam mereka mau terlibat dalam pencarian makna setiap adegan,” ujarnya.

Proses reading yang panjang disusul diskusi intens jelang syuting menjadi kunci kuatnya performa para aktor. Film Rego Nyowo syuting 31 hari lebih. Para pemain dan kru diberi ruang lebih leluasa dalam berkreasi. Menurut Rizal ini kemewahan tersendiri dalam pembuatan film horor.

Pocong Gantung, Teror Horor Baru yang Bikin Merinding

Salah satu elemen paling mencolok dalam Rego Nyowo adalah kemunculan pocong gantung dengan tali menjulang ke atas tanpa terlihat ujungnya. Visual ini dirancang untuk menghadirkan pocong yang tidak biasa dan belum pernah ditampilkan di film-film horor Indonesia sebelumnya.

“Pocong sudah sering banget muncul di film horor. Tapi saya enggak mau bikin yang biasa. Harus punya bentuk dan ciri khas baru,” Rizal Mantovani memaparkan. Ia menggambarkan pocong gantung sebagai entitas mengambang, tidak menapak tanah, dan seolah digantung dari langit memberi kesan tak terjangkau sekaligus lebih menyeramkan.

Chemistry Lama, Konflik Baru

Film ini mempertemukan kembali Ari Irham dan Sandrinna Michelle yang sebelumnya bermain bersama dalam Santet Segoro Pitu. Alih-alih membangun kembali kehangatan, mereka justru harus menciptakan konflik emosional.

“Sebenarnya ini lebih susah karena kami sudah dekat banget, jadi bikin ‘tembok’ antara karakter itu agak tricky,” urai Ari Irham. Untuk membangun kembali nuansa yang sesuai, mereka menjalani reading, main gim, hingga berkunjung ke rumah hantu bersama kru untuk mempererat koneksi.

Syuting Ekstrem di Kebun Pisang dan Musim Hujan

Proses produksi berlangsung di Jakarta, Malang, dan Padalarang. Tantangan terbesar datang saat syuting di kebun pisang di tengah musim hujan. Adegan yang berat dan lokasi sulit dijangkau membuat kru harus kerja keras.

“Pak Rocky minta kebun pisang yang luas banget, biar bisa pakai drone. Tapi ternyata nyari yang luas banget itu susahnya luar biasa,” Rizal Mantovani mengenang. Tim akhirnya menemukan lokasi yang sesuai tanpa harus menambahkan CGI, walau butuh usaha dan waktu tidak sedikit.

Bahasa Daerah Jadi Bumbu Realistis

Keaslian cerita juga ditopang dialog-dialog dalam bahasa daerah, yang digunakan para karakter sesuai latar belakang mereka. Ini jadi tantangan sekaligus nilai tambah.

“Awalnya susah banget, takut salah logat. Tapi ternyata seru karena bikin karakterku makin meyakinkan,” ujar Zasa Zefanya yang berperan sebagai salah satu penghuni kos.

Foto Pilihan

Pemain film Bertaut Rindu, Adhisty Zara (kedua kanan) dan Ari Irham (kanan) saat meet & greet pada gelaran KapanLagi Pensi Bareng Fanta 2025 di Gelanggang Olahraga (GOR) atau Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro, Jakarta, Sabtu (28/6/2025). (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |