Aplikasi DeepSeek Hilang di Italia, Buntut Penyelidikan Soal Keamanan Data

5 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - DeepSeek dilaporkan tengah menghadapi tantangan regulasi di Italia. Akibatnya, aplikasi DeepSeek kini menghilang dari Apple App Store dan Google Play Store di negara tersebut.

Dikutip dari Gizmochina, Jumat (31/1/2025), langkah ini terjadi setelah otoritas perlindungan data Italia, Garante, meluncurkan penyelidikan resmi terkait cara DeepSeek mengumpulkan dan memproses data pengguna.

Tidak hanya itu, otoritas perlindungan data Italia juga memberikan DeepSeek waktu selama 20 hari untuk memberikan kejelasan mengenai praktik pengelolaan data mereka.

Disebutkan, regulator Italia itu meminta rincian tentang jenis data pribadi yang dikumpulkan startup asal China tersebut, termasuk sumber, tujuan penggunaan dan lokasi penyimpanan.

Selain itu, penyelidikan juga menyoroti cara DeepSeek memberi tahu pengguna terdaftar maupun tak terdaftar terkait pemrosesan data mereka, terutama dalam kasus pengambilan data melalui web scraping.

Untuk diketahui, popularitas DeepSeek yang kian meningkat dibarengi pula dengan tekanan terhadap transparasni pengelolaan data dari perusahaan tersebut.

Kepopuleran DeepSeek ditunjukkan dengan melonjaknya posisi aplikasi tersebut ke puncak tanggah unduhan di berbagai negara, menyaingi ChatGPT dari OpenAI.

Kesuksesan chatbot itu pun dilaporkan memicu kekhawatiran dari industri teknologi AS, termasuk pihak militer.

Bahkan, Angkatan Laut AS terang-terangan memperingatkan personelnya agar tidak menggunakan chatbot tersebut karena terindikasi memiliki potensi risiko keamanan.

DeepSeek AI sendiri sebenarnya menyatakan kalau data pengguna mereka disimpan di server yang aman di China. Data itu pun dapat dibagikan dengan entitas yang berafiliasi serta penyedia layanan.

Namun, koalisi kelompok konsumen Eropa yaitu Euroconsumers tetap mempertanyakan kejelasan kebijakan ini, serta apakah DeepSeek benar-benar mematuhi Peraturan Perlindungan Data Uni Eropa (GDPR).

Sebagai informasi, ini bukan kali pertama Italia melakukan hal serupa. Pada 2023, Italia juga sempat melarang ChatGPT, karena khawatir soal perlindungan data pengguna dari layanan milik OpenAI itu.

Ketika itu, OpenAI pun langsung memenuhi tuntutan regulator dengan meningkatkan pemrosesan data, memberikan hak opt-out pada pengguna, serta menerapkan verifikasi usia untuk melindungi anak di bawah 13 tahun.

OpenAI Curigai DeepSeek Curi Teknologi AI Milik AS, Apa Benar?

Di sisi lain, OpenAI menuding startup China yang terus-menerus berupaya meniru teknologi kecerdasan buatan (AI) perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS).

Sejalan dengan tudingan tersebut, OpenAI dan mitranya, Microsoft, mengumumkan pemblokiran akun-akun yang dicurigai melakukan "distilasi" model-model AI mereka.

Kedua perusahaan raksasa teknologi ini tengah berupaya mengidentifikasi pihak-pihak yang berada di balik upaya tersebut.

Menurut laporan The Wall Street Journal, dikutip dari Engadget, Kamis (30/1/2025), startup yang sedang naik daun, DeepSeek, termasuk di antara entitas yang sedang diselidiki OpenAI.

Distilasi mengacu pada proses penguatan model AI yang lebih kecil dan efisien dengan memanfaatkan respons dari model yang lebih canggih. Tujuannya untuk mencapai hasil serupa dalam kondisi tertentu dengan meniru penalaran model yang lebih besar.

OpenAI mengizinkan pengguna bisnis untuk melakukan distilasi model AI besutannya di platform ChatGPT, seperti yang dicatat oleh Journal.

Namun, berdasarkan persyaratan layanan perusahaan, pengguna tidak diizinkan untuk melatih model mereka sendiri berdasarkan keluaran sistemnya.

DeepSeek menyatakan bahwa mereka menggunakan distilasi pada model AI buatannya yaitu R1, untuk melatih model yang lebih kecil.

"Kami tahu perusahaan-perusahaan yang berbasis di Tiongkok dan lainnya, terus-menerus berusaha untuk menyuling model-model perusahaan AI terkemuka AS," kata seorang juru bicara OpenAI kepada The Guardian.

Mereka menambahkan "sangat penting" bagi OpenAI untuk bekerja sama dengan pemerintah untuk melindungi model-model yang paling mumpuni dari upaya musuh dan pesaing untuk mengambil teknologi AS.

Pengembangan DeepSeek Jauh Lebih Murah dari ChatGPT

Perusahaan tidak secara eksplisit menyebutkan DeepSeek dalam pernyataannya, tetapi chatbot sumber terbuka startup Tiongkok ini telah meledak popularitasnya dalam beberapa hari terakhir. Salah satunya, chatbot ini mencapai puncak daftar aplikasi gratis di App Store Apple.

Kesuksesannya menghapus nilai pasar saham perusahaan teknologi yang terdaftar di bursa saham yang sangat terlibat di sektor AI sebesar USD 1 triliun.

Diklaim bahwa chatbot DeepSeek berkinerja hampir sebaik sistem AI dari perusahaan seperti OpenAI (ChatGPT) dan Google (Gemini) tetapi dengan biaya yang lebih murah dan dengan chip yang kurang kuat.

Hal itu tentu bertentangan dengan keyakinan bahwa teknologi semacam itu sangat mahal untuk dikembangkan dan dijalankan.

Tuduhan Penasihat AI

Ada laporan bahwa DeepSeek mengutip kebijakan OpenAI. Sementara itu, David Sacks, yang merupakan penasihat AI dari pemerintahan AS sebelumnya, mengklaim ada "bukti substansial" bahwa DeepSeek menyuling pengetahuan dari model OpenAI.

Namun, semua kekhawatiran ini tampak sangat berlebihan dari OpenAI, sebuah perusahaan yang menghadapi serangkaian tuntutan hukum dari penulis, komedian, organisasi berita, dan lainnya yang menuduhnya menggunakan karya berhak cipta mereka tanpa izin untuk melatih modelnya.

Memang, perusahaan mengakui tahun lalu bahwa "tidak mungkin untuk melatih model AI terkemuka saat ini tanpa menggunakan materi berhak cipta."

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |