Liputan6.com, Jakarta Sineas peraih 2 Piala Citra, Hanung Bramantyo bersiap merilis film anyar, Cinta Tak Pernah Tepat Waktu yang diadaptasi dari buku karya Puthut EA. Refal Hady didapuk sebagai bintang utama.
Film ini dijadwalkan menyapa bioskop mulai 13 Februari 2025. Cinta Tak Pernah Tepat Waktu juga diperkuat sejumlah bintang senior kaliber Piala Citra seperti Meriam Belina, Slamet Rahardjo, dan Dewi Irawan.
Di film ini, Refal Hady sebagai Daku Ramala, penulis yang tinggal di rumah kontrakan di Yogyakarta bersama Manu, diperankan Rangga Nattra. Ia putus cinta dengan Nadya (Nadya Arina) setelah pacaran lima tahun.
Laporan khas Showbiz Liputan6.com kali ini merangkum 6 fakta Refal Hady dan Rangga Nattra membintangi Cinta Tak Pernah Tepat Waktu. Film ini menandai kali pertama Refal Hady diarahkan Hanung Bramantyo.
1. Diminta Tak Peduli Penampilan
Refal Hady mengakui peran Daku Ramala beda 180 derajat dengan kesehariannya. Sebagai penulis laris yang terbiasa dikejar deadline dari pihak penerbit, siklus hidupnya terbalik. Siang jadi malam. Malam jadi siang. Cara berpikirnya nyentrik. Intuisi dan imajinasi jalan banget.
“Kalau dari look, (Mas Hanung minta saya) sebisa mungkin jadi orang yang tidak begitu peduli penampilan. Beda dengan Refal Hady yang menghadapi tuntutan sangat peduli penampilan. Fokus menulis, enggak butuh validasi, memikirkan karya dan karya,” katanya.
2. Refal Aksen Jawa, Rangga Bali Banget
Tantangan lain yang dihadapi Refal Hady, aksen Jawa diminta lebih kental mengingat Daku asli Rembang, Jawa Tengah. Di Yogyakarta, ia berteman dengan Manu, sutradara muda dari Bali. Manu diperankan dengan ciamik oleh Rangga Nattra.
“Karakter saya misalnya, sebagai Manu dari Bali,” beri tahu Rangga Nattra. “Aku tumbuh di Bali. Lahir sampai kuliah di Bali. Tinggal recall memori dan aksen Bali,” imbuhnya ditemui di Pejaten, Jakarta, pekan ini.
3. Hanung Clear Mengarahkan
Dalam sesi wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com, Rangga Nattra mengenang gaya kerja Hanung Bramantyo yang khas di lokasi syuting. Sutradara film Ayat-ayat Cinta dan Ipar Adalah Maut tipe yang jelas dalam memberi arahan dengan standar jelas.
“Kalau A, ya A. Kalau B, ya B. Jadi bekerja sama dengan dia, enak. Kami mengerti yang di kepalanya. Dia masuk ke frekuensi kami. Caranya mengarahkan Refal dan saya pun beda. Tiap karakter punya treatment sendiri. Tujuannya, biar cepat nyambung. Efisien,” urai Rangga Nattra.
4. Debut Putra Hanung Sebagai Sinematografer
Salah satu yang dikenang Refal Hady saat syuting Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, retake 20 kali saat adegan di rumah Rembang. Ini kali pertama putra Hanung Bramantyo, Barmastya Bhumi, sebagai sinematografer. “Refal take sampai 20 kali ha ha ha,” seloroh Rangga Nattra.
“Keinginan Mas Hanung lumayan berat, ambil gambar berkesinambungan dari luar rumah, ke ruang tamu, itu harus dapat semua momennya. Salah sedikit, auto-retake. Belum lagi kalau ada kesalahan sound dan lain-lain. Seru, tapi!” cetus Refal Hady.
5. Terpesona Meriam Belina
Dalam Cinta Tak Pernah Tepat Waktu, Meriam Belima memerankan Tante Wijang. Rangga Nattra dan Refal Hady mengaku terpesona pada sang aktris. “Presence-nya benar-benar bold. Auranya saat datang ke lokasi syuting, (kayak ngomong) gue bintang,” kesan Rangga Nattra.
“Gue enggak expect. Kali pertama diarahkan Mas Hanung, langsung bertemu Mbak Mer, ada adegan dialog berdua, sangat smoth enak diajak ngobrol. Enggak ada komplain. Enggak ada permintaan khusus, dia itu Tante Wijang banget,” Refal Hady menyambung.
6. Hanung Kecelakaan
Momen lain yang dikenang Refal Hady dan Rangga Natrra, insiden kecelakaan yang dialami Hanung Bramantyo. Kakinya ketiban motor gede. Walhasil, ia kesulitan berjalan menuju lokasi syuting hingga harus mengarahkan akting para pemain lewat Zoom.
Atas nama profesionalisme syuting tetap berjalan. “Saat mengarahkan film ini, Mas Hanung kecelakaan. Jadi kami diarahkan via Zoom. Susah banget, ada kendala sinyal hilang dan sebagainya. Itu berlangsung sekitar 10 hari kayaknya,” Rangga Natta membeberkan.