3 Alasan Meycan Kanaya Kini Jadi DJ, Berbagi Bahagia Lewat Musik Hingga Kontrol Suasana Pesta

Liputan6.com, Jakarta - Sang model itu kini menyeberang ke dunia musik dengan menjadi DJ. Ya, itulah yang terjadi dalam karier Meycan Kanaya. Ia mengonfirmasi disjoki sebagai profesi baru sejak Agustus 2025. Keputusan besar ini diambil bukan tanpa alasan matang.

Setidaknya, ada tiga alasan mengapa Meycan Kanaya kini mantap jadi DJ. Pertama, sejak lama tertarik pada musik elektronik. Ketertarikan membawanya ke dunia DJ. Minat sudah ada sejak lama namun baru belakangan ini Meycan Kanaya menekuni.

“Sebenarnya kalau minat menjadi DJ sudah dari lama tapi baru belakangan ini serius mengeksplorasi. Mulai dari Agustus 2025,” katanya lewat pernyataan tertulis yang diterima Showbiz Liputan6.com, pada Jumat (19/12/2025).

Meycan Kanaya menjelaskan, menjadi DJ memberi kesempatan untuk berbagi kegembiraan dengan orang lain melalui musik. Di sisi lain, persaingan di dunia DJ sangat ketat dan intens. Kunci bisa bertahan di tengah persaingan adalah belajar dari para senior.

“Karena didorong oleh berbagai faktor atau alasan. Saya ingin berbagi kegembiraan dengan orang lain lewat musik. Selain itu, berkaca pada pengalaman, ada sensasi kepuasan tersendiri saat mengontrol energi atau acara suatu pesta,” Meycan Kanaya menyambung.

The Chainsmokers menggeser posisi Calvin Harris dari tempat teratas di daftar DJ dengan bayaran termahal 2019 versi Forbes. Bayaran yang diperoleh The Chainsmokers mencapai US$ 46 juta atau sekitar Rp 644 Miliar.

Setelah menjadi DJ, Meycan Kanaya banyak menerima tawaran tampil di klub-klub terkenal. Ia tidak memiliki riders yang aneh-aneh dan lebih menekankan pada penampilan yang nyaman.

Setelah nyaman, baru melirik aspek glamor dan santai, namun stylish sekaligus modern dalam berbusana. “Aku enggak pernah minta aneh-aneh sih ke venue-nya,” beri tahu Meycan Kanaya.

“Terkait harapan, aku berharap dapat berkolaborasi dengan Putri Una karena ada kesamaan genre sama aku,” ucap Meycan Kanaya seraya mengingatkan bahwa sekarang era kolaborasi. Semuanya terasa mungkin.

Wayan Diananto, Ratnaning AsihTim Redaksi