Tren AI 2026: Tak Cuma Ranah Digital, Kecerdasan Buatan akan Merambah Dunia Fisik

2 weeks ago 16

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan otomatisasi dan teknologi industri di Asia Tenggara diperkirakan akan melaju pesat menjelang tahun 2026, ditandai dengan pergeseran besar dalam cara teknologi kecerdasan buatan (AI) beroperasi.

Para pemimpin teknologi di Analog Devices, Inc. (ADI) memprediksi bahwa pada tahun tersebut, AI tidak lagi hanya eksis di ranah digital, melainkan akan mulai beroperasi langsung di dunia fisik, membentuk ulang desain robotika, perangkat konsumen, dan sistem otonom di lini produksi.

Dengan nilai pasar smart manufacturing yang mencapai USD 13,4 miliar pada 2024, kebutuhan akan sistem yang mampu membaca dan beradaptasi terhadap kondisi nyata di lapangan menjadi semakin krusial.

Menurut VP of Edge AI and Robotics ADI, Paul Golding, tahun 2026 akan menandai lahirnya Physical Intelligence yaitu model AI yang mampu belajar dari fenomena fisik dunia nyata seperti getaran, suara, magnetik, dan gerakan.

"Berbeda dari generasi sebelumnya yang sangat bergantung pada pusat data, model baru ini diperkirakan akan berpindah ke perangkat edge," ujar Golding dalam keterangannya, Minggu (14/12/2025).

Komputasi yang dilakukan langsung pada perangkat atau sensor tanpa perlu mengirim data ke server pusat ini memungkinkan AI mengambil keputusan secara lokal dan menyesuaikan respons berdasarkan kondisi fisik di sekitarnya.

Kemampuan belajar cepat dari sedikit contoh data ini membuka peluang bagi sistem industri, seperti robot pabrik, untuk menangani hambatan tak terduga secara mandiri.

Golding juga memperkirakan peningkatan penggunaan hybrid world models yang memadukan penalaran matematis dan fisik dengan data sensor terfusi. Dengan pendekatan ini, AI tidak hanya memetakan dunia, tetapi juga berpartisipasi, berinteraksi, dan belajar dari pengalamannya sendiri. 

Kebangkitan Agentic AI

Di ranah perangkat konsumen, audio dipandang sebagai antarmuka AI utama pada 2026. Perpaduan spatial sound, sensor fusion, dan on-device reasoning akan melahirkan perangkat yang lebih kontekstual. Mulai dari kacamata Augmented Reality hingga earbuds dan sistem audio kendaraan, AI akan mampu menafsirkan niat, emosi, dan kondisi lingkungan pengguna.

"Tren perangkat ‘always-in-ear’ akan menguat seiring kemampuan AI menghadirkan pengalaman pendengaran yang lebih peka dan intuitif," ungkap Golding.

Selain itu, 2026 juga diprediksi menjadi momentum mainstream bagi agentic AI, yaitu sistem yang tidak hanya memprediksi tetapi mampu mengambil tindakan. Hal ini diperkuat dengan penerapan digital twin yang memperkaya model besar dengan pemahaman fisik.

Golding menjelaskan, dengan mempelajari dinamika gaya dan tekanan dalam lingkungan simulasi, agen AI dapat bertindak secara otomatis. Skenario yang mungkin terjadi di industri adalah agen bisa menindaklanjuti prediksi kerusakan mesin, mengalihkan beban produksi, atau menyesuaikan inventori tanpa campur tangan manusia.

Golding juga memproyeksikan kemunculan micro-intelligence—model kecil dengan kemampuan penalaran domain khusus yang efisien dijalankan di perangkat edge—berpotensi menjadi orkestrator bagi berbagai agen cerdas yang mulai berkembang.

AI Terdesentralisasi dan Komputasi Analog

Dari sisi arsitektur komputasi, VP of Emergent AI ADI Massimiliano Versace, memproyeksikan desentralisasi AI akan diterapkan pada robotika humanoid generasi baru menjelang akhir 2026.

"Penggabungan sensor cerdas, neuromorphic compute, dan in-memory compute langsung di dalam sensor memungkinkan sistem robotika semakin menyerupai mekanisme biologis," tutur Versace.

Pendekatan ini membuat refleks dan keseimbangan ditangani oleh sirkuit lokal, menghasilkan pergerakan yang lebih mulus, adaptif, dan hemat daya.

Versace juga menyoroti kebangkitan analog AI compute. Dalam pendekatan analog, komputasi dilakukan langsung melalui fisika perangkat, memungkinkan energi diproses secara langsung menjadi inferensi AI.

Model ini menawarkan respons real-time, interaksi yang lebih natural, serta masa pakai baterai yang lebih panjang. Teknologi itu diperkirakan mulai diterapkan pada robotika, perangkat wearable, dan aplikasi otonom pada akhir 2026.

Pandangan dari para ahli ADI ini menggarisbawahi pergeseran masif: evolusi AI bergerak menuju integrasi yang lebih cepat, efisien, dan natural dengan dunia fisik.

Infografis 4 Rekomendasi Chatbot AI Terbaik. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |