Peran Strategis Indonesia di Apple 2030, Lisa Jackson Soroti Energi Bersih dan Hutan Sumatra

2 weeks ago 13

Liputan6.com, Bali - Ajang wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali baru-baru ini kedatangan tamu istimewa dari Cupertino, yakni Vice President Environment, Policy, and Social Initiatives Apple, Lisa Jackson

Disela-sela kunjungannya, Lisa Jackson sempat menyisihkan waktu tingkat untuk berbicara  tentang lingkungan hidup, sustaniability, dan peran penting Indonesia di proyek Apple 2030.

Apa itu Apple 2030? Apple 2030 adalah inisiatif ambisius perusahaan berbasis di Cupertino untuk mencapai netralitas karbon di seluruh rantai operasinya, mulai dari manufaktur hingga penggunaan produk.

Dengan target tahun 2030, inisiatif ini fokus pada pengurangan emisi karbon secara drastis, penggunaan listrik bersih 100 persen, material daur ulang/terbarukan, dan transportasi rendah karbon, menjadikannya bagian dari komitmen perusahaan untuk dampak lingkungan nol.

Lalu kenapa Indonesia memiliki peran penting dalam strategi lingkungan global milik Apple ini? Perusahaan berpendapat, isu iklim di Indonesia tidak hanya soal teknologi, tetapi juga menyangkut keadilan, pendidikan, dan kelangsungan hidup manusia serta alam.

Lisa menilai, akses terhadap energi bersih adalah persoalan mendasar bagi negara dengan populasi besar seperti Indonesia. Menurutnya, energi bukan hanya soal industri, tetapi juga tentang kesempatan hidup setara.

"Bagaimana Anda menyediakan energi bagi masyarakat adalah soal keadilan dan pemerataan. Energi membantu bisnis, ya, tapi juga membantu anak-anak belajar," ucap Jackson.

Lisa mencontohkan bagaimana keterbatasan listrik bisa berdampak langsung pada pendidikan. "Anak-anak yang tidak punya akses cahaya di malam hari akan kesulitan belajar. Karena itu, kamu melihat energi bersih sebagai fondasi transformasi sosial."

Kolaborasi dengan WWF di Bukit Tigapuluh

Lisa Jackson, Vice President, Environment, Policy, and Social Initiative di Apple, saat menghadiri acara kelulusan Apple Developer Akademi di Bali, Kamis (11/12/2025). (Liputan6.com/ Yuslianson)

Berbagai inisiatif pun dilakukan, di mana raksasa teknologi ini turut mendukung penyediaan energi bersih di jaringan listrik global. Salah satunya lewat program Power for Impact, mendukung proyek energi bersih skala kecil di komunitas, seperti sekolah. 

Tak berhenti di energi, relevansi Indonesia bagi Apple 2030 berhubungan dengan hutan Sumatra sebagai ekosistem kunci dalam upaya global melawan perubahan iklim. "Hutan Indonesia adalah salah satu ekosistem paling penting jika kita ingin benar-benar membuat perbedaan dalam menghadapi perubahan iklim," kata Lisa.

Berkaca dari hal tersebut, perusahaan mengumumkan kolaborasi dengan World Wildlife Fund (WWF) untuk mendukung proyek pemantauan deforestasi di kawasan Bukit Tigapuluh (Thirty Hills), salah satu hutan daratan rendan terakhir di Sumatra.

Dijelaskan, kawasan hutan ini menjadi habitat penting bagi harimau Sumatra, gajah, dan orangutan.

Lewat dukungan ke WWF, Apple berharap mereka dapat membantu organisasi nirlaba tersebut untuk memantau deforestasi dan memastikan perlindungan spesies kunci. Lisa menegaskan, kerusakan hutan tidak hanya berdampak pada satwa, tetapi juga kehidupan manusia. 

"Apa yang terjadi di Sumatra saat ini adalah contoh nyata mengapa kita harus belajar hidup berdampingan dengan alam. Kerusakan hutan punya dampak langsung pada kehidupan masyarakat," katanya.

Menurut Apple, Indonesia merupakan salah satu negara paling diuntungkan jika pendekatan lingkungan dilakukan secara menyeluruh, menggabungkan perlindungan alam dan kesejahteraan manusia. Karena itu, peran Indonesia sangat strategis dalam perjalanan menuju target Apple 2030.

Tantangan Capai Target Apple 2030

Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy, and Social Initiatives Apple, saat ditemui usai kelulusan siswa Apple Developer Academy di Bali. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Apple menegaskan komitmen mereka untuk terus melindungi lingkungan lebih dari sekadar janji dan ucapan manis semata. Hingga saat ini, perusahaan berbasis di Cupertino tersebut mengklaim sudah memangkas jejak karbon global hingga 60 persen ketimbang di 2015.

Namun, raksasa teknologi ini akan menghadapi tantangan terbesar mereka. Perusahaan menyebutkan, Apple memiliki target untuk netral karbon secara penuh pada 2030 atau lebih dikenal dengan misi Apple 2030.

Terkait hal tersebut, Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy, and Social Initiatives Apple, mengungkap isu lingkungan menjadi tanggung jawab moral perusahaan, bukan hanya sebuah strategi bisnis semata. 

Menurut Lisa, Apple ingin memastikan setiap langkah strategis bisnis meninggalkan dampak positif bagi planet. "Di Apple, kami sangat percaya kami memiliki tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan dengan cara membuat dunia lebih baik dari saat kami menemukannya," kata Lisa.

Ia mengungkap, saat ini perusahaan sudah menjalankan seluruh operasional dengan 100 persen energi terbarukan dan mengklaim telah carbon neutral sejak 2020. "Apple 2030 membawa target jauh lebih besar karena mencakup seluruh rantai distribusi, mulai dari produk, pemasok, hingga penggunaan perangkat oleh konsumen."

Ditemui usai memberikan keynote di acara wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali baru-baru ini, Lisa menjelaskan, Apple sejak awal menyadari nol emisi mutlak hampir mustahil dicapai.

"Karena itu, perusahaan menargetkan pengurangan emisi hingga 75 persen. Sisanya akan diseimbangkan melalui investasi pada alam," katanya. Upaya tersebut mencakup perlindungan hutan, restorasi mangrove, dan pelestarian padang rumput di berbagai belahan dunia.

"Apple telah menghitung secara ilmiah seberapa besar karbon yang diserap oleh alam untuk menyeimbangkan emisi tersisa." Meski perkembangannya signifikan, perusahaan mendapati tantangan mereka semakin berat.

Produk Apple Dengan Material Daur Ulang

iPhone 17 Pro series. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Salah satu tantangan paling berat dihadapi saat ini adalah transisi energi di rantai pasok global. Lisa mengakui, "tantangan awal terbesar adalah energi bersih. Sekarang tantangannya adalah memastikan rantai pasok kami juga bisa melakukan hal sama."

Tantangan lain dari sisi material untuk seluruh material perangkat Apple. Entah itu iPhone, Macbook, iPad, hingga Watch masih bergantung pada bahan hasil tambang di berbagai lokasi di negara di dunia.

Karena itu, untuk menekan dampak lingkungan tersebut Apple mulai meningkatkan penggunaan material daur ulang di sejumlah perangkat. Salah satunya adalah iPhone 17.

Dijelaskan, iPhone 17 kini sudah menggunakan sekitar 30 hingga 35 persen material daur ulang berdasarkan berat. Sementara itu, MacBook Air ternyata sudah mencapai 55 persen.

Akan tetapi, Lisa berpendapat logistik global masih menjadi salah satu persoalan dan tantangan sulit dihindari. Ditambah, pengiriman produk lintas negara hingga saat ini masih bergantung pada sarana transportasi pesawat dan kapal laut.

"Kegiatan atau proses memindahkan produk ke seluruh negara di dunia selalu berdampak pada emisi. Kami berusaha sebisa mungkin menggunakan pengiriman laut, meski tidak selalu mudah secara jadwal." ujarnya.

Tinggal lima tahun lagi, perusahaan mengakui target Apple 2030 jauh dari mudah untuk dicapai. "Akan tetapi, kami telah menegaskan untuk tetap berada di jalur benar untuk mencapai hal tersebut," pungkas Lisa Jackson.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |