loading...
Komitmen memperkuat transformasi struktural ekonomi nasional, ISEI mengidentifikasi tantangan strategis dalam pengembangan hilirisasi sektor kelautan dan perikanan Indonesia. Foto/Dok
JAKARTA - Sebagai bagian dari komitmen memperkuat transformasi struktural ekonomi nasional, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) melalui Focus Group Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan diskusi nasional bertajuk “ Hilirisasi Perikanan : Mendorong Investasi dan Tantangan Ketersediaan Bahan Baku” pada Jumat, 25 April 2025. Kegiatan ini diselenggarakan secara hybrid dari Gedung Kantor ISEI Pusat, Jakarta, dan diikuti oleh ratusan peserta dari berbagai latar belakang, baik secara luring maupun daring melalui platform Zoom Meeting.
Diskusi ini bertujuan mengidentifikasi tantangan strategis dalam pengembangan hilirisasi sektor kelautan dan perikanan Indonesia, sekaligus merumuskan arah kebijakan dan strategi percepatan investasi, penguatan daya saing, dan penjaminan pasokan bahan baku berkelanjutan untuk industri pengolahan hasil laut nasional.
"Hilirisasi sektor perikanan tidak hanya menjadi keharusan untuk meningkatkan nilai tambah produk nasional, tetapi juga merupakan agenda besar dalam memperkuat ketahanan ekonomi berbasis sumber daya alam yang inklusif dan berkelanjutan," tegas Ketua Bidang IV ISEI, Bayu Krisnamurthi saat membuka acara.
Dalam diskusi yang dipandu oleh Ketua Focus Group Kelautan dan Perikanan ISEI, Nimmi Zulbainarni, para pembicara kunci memaparkan beragam perspektif kritis. Daniel Johan (Anggota Komisi IV DPR RI) menyoroti perlunya percepatan reformasi kebijakan untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif, serta pentingnya memperkuat sektor budidaya dan memastikan keberlanjutan bahan baku melalui program terintegrasi lintas sektor.
Ia menegaskan, bahwa tanpa keterpaduan antara produksi hulu, industri pengolahan, dan perdagangan, hilirisasi perikanan tidak akan optimal mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu Machmud, selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menekankan pentingnya membangun konektivitas hulu-hilir berbasis kawasan industri perikanan terpadu.
Ia menjelaskan, bahwa keberhasilan hilirisasi tidak hanya bergantung pada kuantitas produksi, melainkan juga pada peningkatan kualitas produk melalui standardisasi mutu, sertifikasi keberlanjutan, dan penguatan sistem traceability untuk memperluas akses pasar ekspor, khususnya ke pasar Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat.
Dari sudut pandang dunia usaha, Abrizal Ang, pelaku industri perikanan, menyampaikan tantangan nyata yang dihadapi sektor hilir, mulai dari fluktuasi pasokan bahan baku akibat ketergantungan pada perikanan tangkap, hingga tingginya biaya logistik dan keterbatasan infrastruktur cold chain. Ia menyoroti pentingnya dukungan insentif fiskal, simplifikasi regulasi ekspor, dan perlindungan terhadap usaha pengolahan domestik agar industri nasional mampu bersaing di tengah derasnya tekanan global.
Melengkapi pandangan tersebut, Nurjanah (Guru Besar IPB University dan Ketua MPHPI) menekankan perlunya penguatan inovasi dan riset berbasis kelautan dalam membangun ekosistem hilirisasi yang berdaya saing tinggi. Ia mendorong diversifikasi produk olahan hasil laut, seperti pangan fungsional berbasis rumput laut, kosmetik berbahan alami, hingga biofarmasi kelautan, sebagai jalan untuk meningkatkan nilai tambah sektor ini.