Google Hadirkan Tab 'Gambar' Google Search Android dan iOS

1 day ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Setelah masa uji coba beberapa bulan terakhir, Google resmi menghadirkan tab khusus “Gambar” di aplikasi Google Search untuk perangkat Android dan iOS.

Dilansir 9to5Google, Kamis (11/12/2025), fitur baru yang terletak di tengah bilah navigasi bawah ini disebut sebagai cara baru untuk menemukan konten visual di aplikasi Google. Pengguna dapat melakukan “pull to refresh” untuk memunculkan gambar atau konten terbaru yang disesuaikan dengan minat pengguna.

Gambar-gambar yang ditampilkan diumpan tanpa batas, disesuaikan, dan dipersonalisasikan berdasarkan ketertarikan pengguna. Setiap gambar menampilkan sumber asalnya, termasuk dari situs web dan platform media sosial seperti Instagram. Ketika diklik, pengguna akan masuk ke tampilan layar penuh yang menampilkan gambar serupa di bagian bawah.

Selain itu, fitur “Save” pada tab ini terhubung dengan “Collections” yakni alat pengelola gambar milik Google, sehingga memungkinkan pengguna menyimpan dan mengatur konten dalam folder tertentu.

Dikutip dari blog resmi Google, pengguna dapat menelusuri, menyimpan ke koleksi, atau mencari lebih banyak inspirasi berdasarkan apa yang ditemukan. Ini adalah cara yang mudah untuk mengelola ide-ide kreatif, dari ide awal hingga proyek berikutnya, semuanya di satu tempat.

Pengguna akan menemukan tersedia kolom pencarian bertulis “Search for imanges” di bagian atas tab yang berfungsi sebagai pintasan untuk mencari foto secara langsung.  

Tab Google Images ini akan diluncurkan secara bertahap dalam beberapa minggu ke depan untuk pengguna Android dan iOS di Amerika Serikat, sebelum kemungkinan diperluas ke wilayah lain. Secara konsep, tab ini menghadirkan pengalaman mirip Google Discover, namun dengan fokus visual yang lebih kuat dan sentuhan seperti Pinterest hanya saja tanpa unsur sosial.

Google Siapkan Project Suncatcher, Ingin Taruh Pusat Data AI di Luar Angkasa

Sebelumnya, Google mengumumkan Porject Suncatcher, sebuah proyek ambisius perusahaan untuk membangun pusat data kecerdasan buatan (AI) di luar angkasa.

Mengutip Arstechnica, Selasa (11/11/2025), target Project Suncatcher ini adalah untuk memanfaatkan energi matahari langsung di orbit untuk kebutuhan komputasi AI bisa terpenuhi tanpa menguras sumber daya di Bumi.

Raksasa mesin pencari tersebut menilai, ruang angkasa memberi pasokan energi matahari jauh lebih stabil. Berbekal panel surya di orbit, energi dari matahari pun bisa diserap hampir tanpa henti.

Disebutkan, produktivitas panel surya di luar angkasa ini delapan kali lebih tinggi dibandingkan di Bumi. Google membayangkan jaringan satelit sebagai fondasi pusat data AI di masa depan.

Nantinya, pusat data ini tidak membutuhkan lahan dan sistem pendingin seperti pusat data konvensional. Google menilai, ruang angkasa dipandang sebagai lokasi efisien untuk menambah kapasitas komputasi AI secara global.

Saat ini, perusahaan berbasis di Mountain View tersebut sedang menyiapkan konstelasi satelit kecil yang masing-masing membawa Tensor Processing Unit (TPU).

Bila proyek ini terwujud, satelit-satelit tersebut akan saling terhubung lewat komunikasi optik berkecepatan puluhan terabit per detik. Sistem ini memungkinkan machine learning (ML) dilakukan secara terdistribusi.

Meski begitu, proyek ambisius Google ini masih memiliki tantangan teknis. Salah satunya adalah bagaimana cara mendinginkan hardware di ruang hampa dan ketahanan chip terhadap radiasi.

Perusahaan menyebut TPU generasi Trilium menunjukkan daya tahan radiasi cukup untuk misi lima tahun di orbit. Google rencananya akan meluncurkan satelit prototipe pada awal 2027 bersama Planet.

Jika tahap ini berhasil, Google menargetkan pusat data berbasis orbit mulai dibangun pertengahan 2030, seiring penurunan biaya pengitiman ke luar angkasa.

Siri bakal Pakai Teknologi Gemini AI Milik Google, Apple Siapkan Dana Rp 16 Triliun per Tahun

Rencana kemitraan Apple dan Google untuk memboyong teknologi kecerdasan buatan (AI) Gemini ke Siri kabarnya selangkah lagi terealisasi.

Kabarnya, kemitraan kedua raksasa teknologi ini diperkirakan mencapai USD 1 miliar atau sekitar Rp 16 trilun per tahun. Kesepakatan ini menjadi langkah penting Apple dalam menghadapi persaingan AI semakin ketat.

Siri Generasi Baru Rilis 2026

Mengutip laporan Bloomberg via Gizmochina, Selasa (11/11/2025), Siri dengan kemampuan baru tersebut diperkirakan meluncur pada musim semi 2026 bersamaan dengan rilis iOS 26.4.

Nantinya, asisten virtual milik Apple ini akan mempu memahami instruksi lebih panjang dan mengeksekusi tugas berurutan dengan lebih alami. Kabarnya, kapasitas model yang dipakai naik dari 150 miliar parameter menjadi hingga 1,2 triliun parameter.

Proyek “Linwood” dan “Glenwood”

Secara internal, Apple menamai proyek update Siri ini dengan kode “Linwood”. Semetara itu, proyek AI lebih luas berada di bawha nama Glenwood. Dua proyek ini dipimpin langsung oleh Craig Federighi dan Mike Rockwell, sosok di balik pengembangan perangkat Vision Pro.

Fokus pada Privasi

Meski menggandeng Google, Apple tetap menegaskan komitmennya terhadap privasi pengguna. Walau memakai Gemini, seluruh pemrosesan dilakukan melalui Private Cloud Compute milik Apple.

Raksasa teknologi berbasis di Cupertino mengklaim, data tidak akan disimpat dalam server jangka panjang dan dihapus setelah proses selesai. Namun, impementasi ini membuat Apple perlu meningkatkan kapasitas server untuk menangani beban komputasi lebih besar.

Google Maps bakal Punya Mode Hemat Baterai, Begini Cara Kerjanya

Walau dikenal sebagai aplikasi sering dipakai untuk navigasi, banyak pengguna Google Maps mengeluhkan aplikasi ini dapat menguras baterai dengan cepat.

Namun, dalam pembaruan beta Google Maps untuk Android ditemukan fitur baru bernama Mode Hemat Daya (Power Saving Mode), sebagaimana dikutip dari Phone Arena, Jumat (7/11/2025).

Mode ini dirancang untuk menjaga agar baterai ponsel mampu bertahan selama perjalanan. Bagaimana caranya? Dengan menyederhanakan tampilan navigasi di dalam aplikasi.

Saat fitur baru Google Maps ini aktif, layar akan berubah menjadi hitam putih dengan tampilan minimalis. Informasi yang ditampilkan juga hanya arah perjalanan, belokan berikutnya, jarak tempuh, waktu perjalanan, dan perkiraan waktu tiba.

Beberapa detail di dalam aplikasi yang biasanya muncul akan hilang, seperti nama jalan sedang dilalui dan nama jalan untuk belokan selanjutnya.

Hal ini mungkin akan menyulitkan pengguna yang mengandalkan informasi secara detail. Namun, fitur ini menyasa pengguna memprioritaskan ketahanan baterai, terutama saat perjalanan jauh atau kondisi baterai menipis.

Perlu dicatat, Mode Hemat Daya di Google Maps bekerja dengan independen dari fitur penghemat daya bawaan ponsel. Dengan mengaktifkan kedua mode ini, perangkat akan memiliki daya yang jauh lebih cukup untuk menyelesaikan perjalanan.

Hingga saat ini, belum ada informasi lebih lanjut kapan fitur ini akan dirilis secara resmi ke seluruh pengguna perangkat Google, mulai dari tablet hingga HP Android.

Infografis Google Hindari Pajak (Liputan6.com/Abdillah)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |