Apple dan WWF Indonesia Kolaborasi Jaga Bukit Tigapuluh di Sumatra, Begini Caranya

2 weeks ago 17

Liputan6.com, Jakarta - Apple memperluas komitmen mereka untuk menjaga lingkungan di Indonesia. Kali ini, perusahaan bermitra dengan WWF (World Wild Fund) Indonesia untuk melindungi lanskap Bukti Tigapuluh di Sumatra.

Dikenal sebagai salah satu hutan hujan tropis dataran rendah terakhir di Pulau Sumatra, kawasan ini menjadi rumah bagi satwa langka seperti gajah Sumatra, harimau Sumatra, dan orangutan.

Pengumuman kerja sama ini juga menjadi bagian upaya jangka panjang perusahaan berbasis di Cupertino tersebut dalam mendukung konservasi berbasis teknologi dan komunitas.

Dijelaskan, selama satu dekade terakhir ini Bukit Tigapuluh sudah menjadi fokus konservasi WWF Indonesia bersama mitra lokal, termasuk sejumlah masyarakat adat berperang aktif menjaga kelestarian hutan.

Lewat kolaborasi ini, Apple fokus dalam dua hal. Pertama adalah program Eyes on the Forest, di mana ini adalah sistem pemantauan kejahatan kehutanan memanfaatkan citra satelit, intelijen lokal, serta patroli di lapangan.

Program ini juga bertujuan mendeteksi aktivitas pembalakan liar sekaligus memperkuat koordinasi antar staf taman nasional, pemerintah daerah, dan komunitas setempat.

Kedua adalah pemantauan satwa liar melalui camera trap survey di seluruh lanskap Bukit Tigapuluh. Teknologi ini digunakan untuk mendeteksi populasi satwa Sumatra, meminimalkan konflik manusia dan satwa.

Tak hanya itu, fokus ini juga diharapkan dapat mengidentifikasi wilayah membutuhkan restorasi habitat dan peningkatan pengelolaan.

"Kami bangga dapat mendukung pekerjaan penting WWF-Indonesia untuk restorasi lanskap Bukit Tigapuluh di Sumatra, dan membantu melindungi masyarakat serta satwa liar bergantung pada ekosistem berharga ini," kata Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy and Social Initiatives Apple, baru-baru ini.

Menurut Lisa, kolaborasi dengan mitra lokal menjadi kunci keberhasilan konservasi jangka panjang. Perusahaan menilai, pendekatan melibatkan komunitas adat dan masyarakat sekitar mampu menjaga keseimbangan antara pelestarian alam dan keberlanjutan sosial.

Hal serupa diungkap oleh WWF Indonesia. CEO WWF-Indonesia Aditya Bayunanda menilai, Bukit Tigapuluh sebagai aset keanekaragaman hayati global sangat krusial.

"Lanskap Bukit Tigapuluh merupakan harta karun keanekaragaman hayati global, rumah bagi beberapa spesies paling ikonik dan terancam punah di dunia,” ujar Aditya. "Kemitraan dengan Apple menunjukkan kekuatan kolaborasi dalam memajukan pekerjaan penting yang dilakukan oleh tim kami dan masyarakat adat setempat di lapangan."

Kemitraan ini juga sejalan dengan target besar Apple untuk menjadi perusahaan carbon neutral pada akhir dekade ini. Perusahaan menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 75 persen dibandingkan baseline tahun 2015 di seluruh jejak operasional perusahaan.

Tantangan Terbesar Capai Apple 2030, Apa Itu?

Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy, and Social Initiatives Apple, saat ditemui usai kelulusan siswa Apple Developer Academy di Bali. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Di sisi lain, raksasa teknologi ini akan menghadapi tantangan terbesar mereka. Perusahaan menyebutkan, Apple memiliki target untuk netral karbon secara penuh pada 2030 atau lebih dikenal dengan misi Apple 2030.

Terkait hal tersebut, Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy, and Social Initiatives Apple, mengungkap isu lingkungan menjadi tanggung jawab moral perusahaan, bukan hanya sebuah strategi bisnis semata.

Menurut Lisa, Apple ingin memastikan setiap langkah strategis bisnis meninggalkan dampak positif bagi planet. "Di Apple, kami sangat percaya kami memiliki tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan dengan cara membuat dunia lebih baik dari saat kami menemukannya," katanya.

Ia mengungkap, saat ini perusahaan sudah menjalankan seluruh operasional dengan 100 persen energi terbarukan dan mengklaim telah carbon neutral sejak 2020. "Apple 2030 membawa target jauh lebih besar karena mencakup seluruh rantai distribusi, mulai dari produk, pemasok, hingga penggunaan perangkat oleh konsumen."

Ditemui usai memberikan keynote di acara wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali baru-baru ini, Lisa menjelaskan, Apple sejak awal menyadari nol emisi mutlak hampir mustahil dicapai.

"Karena itu, perusahaan menargetkan pengurangan emisi hingga 75 persen. Sisanya akan diseimbangkan melalui investasi pada alam," katanya. Upaya tersebut mencakup perlindungan hutan, restorasi mangrove, dan pelestarian padang rumput di berbagai belahan dunia.

"Apple telah menghitung secara ilmiah seberapa besar karbon yang diserap oleh alam untuk menyeimbangkan emisi tersisa." Meski perkembangannya signifikan, perusahaan mendapati tantangan mereka semakin berat.

Usaha Apple Tekan Dampak Lingkungan

Lisa Jackson, Vice President, Environment, Policy, and Social Initiative di Apple, saat menghadiri acara kelulusan Apple Developer Akademi di Bali, Kamis (11/12/2025). (Liputan6.com/ Yuslianson)

Salah satu tantangan paling berat dihadapi saat ini adalah transisi energi di rantai pasok global. Lisa mengakui, "tantangan awal terbesar adalah energi bersih. Sekarang tantangannya adalah memastikan rantai pasok kami juga bisa melakukan hal sama."

Tantangan lain dari sisi material untuk seluruh material perangkat Apple. Entah itu iPhone, Macbook, iPad, hingga Watch masih bergantung pada bahan hasil tambang di berbagai lokasi di negara di dunia.

Karena itu, untuk menekan dampak lingkungan tersebut Apple mulai meningkatkan penggunaan material daur ulang di sejumlah perangkat. Salah satunya adalah iPhone 17.

Dijelaskan, iPhone 17 kini sudah menggunakan sekitar 30 hingga 35 persen material daur ulang berdasarkan berat. Sementara itu, MacBook Air ternyata sudah mencapai 55 persen.

Akan tetapi, Lisa berpendapat logistik global masih menjadi salah satu persoalan dan tantangan sulit dihindari. Ditambah, pengiriman produk lintas negara hingga saat ini masih bergantung pada sarana transportasi pesawat dan kapal laut.

"Kegiatan atau proses memindahkan produk ke seluruh negara di dunia selalu berdampak pada emisi. Kami berusaha sebisa mungkin menggunakan pengiriman laut, meski tidak selalu mudah secara jadwal." ujarnya.

Tinggal lima tahun lagi, perusahaan mengakui target Apple 2030 jauh dari mudah untuk dicapai. "Akan tetapi, kami telah menegaskan untuk tetap berada di jalur benar untuk mencapai hal tersebut," pungkas Lisa Jackson.

Peran Strategis Indonesia di Apple 2030

Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy, and Social Initiatives Apple, saat ditemui usai kelulusan siswa Apple Developer Academy di Bali. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Dengan target tahun 2030, inisiatif ini fokus pada pengurangan emisi karbon secara drastis, penggunaan listrik bersih 100 persen, material daur ulang/terbarukan, dan transportasi rendah karbon, menjadikannya bagian dari komitmen perusahaan untuk dampak lingkungan nol.

Lalu kenapa Indonesia memiliki peran penting dalam strategi lingkungan global milik Apple ini? Perusahaan berpendapat, isu iklim di Indonesia tidak hanya soal teknologi, tetapi juga menyangkut keadilan, pendidikan, dan kelangsungan hidup manusia serta alam.

Lisa menilai, akses terhadap energi bersih adalah persoalan mendasar bagi negara dengan populasi besar seperti Indonesia. Menurutnya, energi bukan hanya soal industri, tetapi juga tentang kesempatan hidup setara.

"Bagaimana Anda menyediakan energi bagi masyarakat adalah soal keadilan dan pemerataan. Energi membantu bisnis, ya, tapi juga membantu anak-anak belajar," ucap Jackson.

Lisa mencontohkan bagaimana keterbatasan listrik bisa berdampak langsung pada pendidikan. "Anak-anak yang tidak punya akses cahaya di malam hari akan kesulitan belajar. Karena itu, kamu melihat energi bersih sebagai fondasi transformasi sosial."

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |