Kisah Tuti, Ibu Dua Balita Raih IPK 4 di Tengah Tantangan Kuliah S2 di UGM

4 hours ago 1

loading...

Sri Astutiningsih dari Program Studi Magister Kependudukan, Sekolah Pascasarjana UGM yang meraih IPK 4.00. Foto/UGM.

YOGYAKARTA - Mahasiswa UGM Sri Astutiningsih, yang akrab disapa Tuti, membuktikan bahwa peran sebagai ibu tidak menghalanginya untuk mengukir prestasi akademik tertinggi.

Lulusan Magister Kependudukan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) ini meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4,00, menjadi salah satu dari 10 lulusan terbaik dari total 1.263 wisudawan yang diwisuda pada Rabu (23/4).

Baca juga: Jokowi Tunjukkan Ijazah SD hingga UGM ke Penyelidik Polda Metro Jaya

Di tengah kesibukannya sebagai ibu dan pegawai di Badan Pusat Statistik (BPS), Tuti tetap gigih menuntaskan kuliahnya. Suaminya bekerja di luar kota, membuatnya harus menjalani sebagian besar hari tanpa bantuan pasangan.

"S2 kali ini terasa lebih berat dibandingkan S1. Tapi saya ingin membuktikan bahwa ibu rumah tangga juga bisa terus belajar dan berprestasi," ujar Tuti, dikutip dari laman UGM, Rabu (7/5/2025).

Baca juga: Kisah Mulyono Tinggalkan UGM karena Lihat Taruna Gagah Pakai Seragam Tentara

Tuti merupakan penerima beasiswa LPDP tahun 2022 dan memilih Program Studi Kependudukan karena sejalan dengan latar belakang pendidikannya di Politeknik Statistika STIS serta pekerjaannya di bidang statistik penduduk. Selain itu, reputasi prodi dan dosen UGM membuatnya yakin untuk melanjutkan studi di sana.

Kisah perjuangannya selama kuliah tak luput dari berbagai tantangan. Ia masih mengingat saat harus mempresentasikan tugas kuliah secara daring sambil menggendong anaknya yang sedang sakit dan diinfus di rumah sakit. “Untungnya dosen dan teman-teman sangat pengertian dan membantu,” kenangnya.

Baca juga: Alasan Mulyono Tinggalkan UGM, Ternyata Tak Masuk Kuliah 3 Bulan karena Hal Ini

Disertasinya mengangkat tema “Pengaruh Karakteristik Individu dan Indeks Kesulitan Geografis Terhadap Subjective Well-Being di Indonesia”, yang berangkat dari data dan pengalaman kerjanya di BPS. Ia mencoba memotret bagaimana kondisi geografis dan aksesibilitas desa berpengaruh terhadap tingkat kebahagiaan masyarakat.

Meski datanya kaya, Tuti menyayangkan bahwa hasil survei kebahagiaan dan potensi desa masih jarang dijadikan rujukan kebijakan publik. Ia berharap riset-riset seperti miliknya dapat membuka mata pembuat kebijakan akan pentingnya data dalam pembangunan wilayah.

Bagi Tuti, kunci keberhasilannya adalah manajemen waktu dan semangat untuk terus berkarya tanpa melupakan peran sebagai ibu. “Perempuan bisa berdaya, berpendidikan tinggi, dan berkontribusi untuk bangsa tanpa harus melepaskan tanggung jawab sebagai ibu. Jangan berhenti hanya karena kita seorang ibu,” tutupnya penuh semangat.

(nnz)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |