Liputan6.com, Jakarta - Donald Trump resmi terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47, bersama JD Vance sebagai Wakil Presiden, setelah mengalahkkan Kamala Harris.
Kemenangan Donald Trump di Pilpres 2024 ini langsung menarik perhatian banyak pihak, terutama para pemimpin di industri tekknologi mulai dari Elon Musk hingga Tim Cook.
Hampir dalam waktu bersamaan, mereka pun langsung mengunggah ucapan selamat dan dukungan mengalir kepada Trump di lini masa media sosial X--dulunya bernama Twitter.
Beberapa di antaranya mendukung penuh, sementara lainnya berharap dapat menjalin hubungan lebih harmonis dengan presiden AS kerap berseberangan pandangan dengan mereka.
Elon Musk, pemilik X, SpaceX, Tesla, dan Neuralink adalah salah satu pendukung vokal Trump. Elon Musk sampai menyumbangkan USD 75 juta kepada America PAC, sebuah komite pro-Trump.
Sebelum pemilihan, Trump juga berjanji akan menunjuk Elon Musk sebagai kepala komisi efisiensi pemerintahan jika dirinya terpilih kembali.
CEO Apple, Tim Cook, pun mengucapkan selamat melalui akun pribadinya di X. "Kami berharap dapat terlibat dengan Anda dan pemerintahan Anda untuk membantu memastikan Amerika Serikat terus memimpin dan didorong oleh kecerdikan, inovasi, dan kreativitas,” tulis Cook.
CEO OpenAI, Sam Altman, mencuitkan "kesuksesan besar dalam pekerjaannya.” Dalam postingan lanjutannya, dia menulis, “sangat penting bagi AS untuk mempertahankan kepemimpinannya dalam mengembangkan AI dengan nilai-nilai demokrasi.”
CEO Meta Mark Zuckerberg hingga Bos Amazon Jeff Bezos
Beberapa tokoh teknologi memiliki sejarah hubunga cukup rumit dengan Trump. CEO Meta, Mark Zuckerberg, yang pernah menangguhkan akun Instagram dan Facebook Trump selama dua tahun pasca insiden 6 Januari 2021.
Zuckerberg menyebut, kemenangan ini sebagai “kemenangan menentukan” dan mengatakan ia berharap dapat bekerja sama dengan pemerintahan Trump.
“Kita mempunyai peluang besar di depan kita sebagai sebuah negara,” tulis Zuckerberg dalam postingan di Threads, pesaing aplikasi X milik Elon Musk.
Hal serupa terjadi dengan Jeff Bezos, pendiri Amazon. Bezos pernah bersitegang dengan Donald Trump terkait pajak Amazon dan artikel di The Washington Post, kini tampaknya sedikit melunakk.
Lewat media sosialnya, Bezos mengucapkan selamat kepada Trump, menyebut kemenangan ini sebagai "kebangkitan politik luar biasa dan kemenangan menentukan.”
Ucapan Selamat dari Bos Google dan Microsoft
CEO perusahaan teknologi lainnya seperti Sundar Pichai dari Google dan Satya Nadella dari Microsoft juga menyampaikan ucapan selamat kepada Trump. Keduanya menekankan komitmen untuk bekerja sama dalam memajukan inovasi yang bermanfaat bagi Amerika Serikat dan dunia.
Terpilihnya kembali Donald Trump membuka peluang kerja sama baru antara pemerintah AS dan industri teknologi. Namun, dinamika hubungan antara presiden dan tokoh-tokoh ini diperkirakan tetap akan memengaruhi perkembangan kebijakan teknologi AS ke depannya, termasuk dalam hal regulasi, inovasi, dan hubungan internasional.
Kamala Harris Telepon Donald Trump, Ucapkan Selamat Menang Pemilu AS
Wakil Presiden AS Kamala Harris menelepon Donald Trump pada hari Rabu (6/11) untuk memberi selamat atas kemenangannya dalam pemilihan presiden 2024, kata salah seorang ajudan seniornya, setelah pertarungan yang sengit dan penuh pertikaian di Pilpres AS 2024.
"Harris dari Partai Demokrat berdiskusi dengan Trump tentang pentingnya pengalihan kekuasaan secara damai dan menjadi presiden bagi semua warga Amerika," kata ajudan yang berbicara secara anonim, mengonfirmasi bahwa Harris akan menyampaikan pidato di Washington pada hari Rabu. Demikian seperti dikutip dari AFP, Kamis (7/11/2024).
Mengutip Le Monde, dalam panggilan telepon dengan Kamala Harris, presiden terpilih Donald Trump "mengakui Wakil Presiden Harris atas kekuatan, profesionalisme, dan kegigihannya selama kampanye, dan kedua pemimpin sepakat tentang pentingnya mempersatukan negara," demikian menurut juru bicara Trump Steven Cheung.
Donald Trump dari Partai Republik terpilih sebagai presiden Amerika Serikat ke-47 pada hari Rabu, 6 November, sebuah kebangkitan luar biasa bagi mantan presiden yang menolak menerima kekalahan empat tahun lalu, memicu pemberontakan dengan kekerasan di US Capitol, dihukum karena tuduhan kejahatan, dan selamat dari dua upaya pembunuhan.