Apple Umumkan Pendaftaran Swift Student Challenge 2026 Dibuka, Kisah Peserta Indonesia Jadi Inspirasi

3 weeks ago 26

Liputan6.com, Jakarta - Apple telah membuka pendaftaran Swift Student Challenge tahun 2026, dan mengajak pelajar dari berbagai negara, termasuk Indonesia, untuk memperlihatkan sisi kreativitas mereka membuat aplikasi atau game menggunakan Swift dan Xcode.

Mengutip Apple Newsroom, Selasa (11/11/2025), pendaftaran Swift Student Challenge 2026 rencananya akan dibuka selama tiga pekan mulai dari 6 Februari tahun depan.

Pada Swift Student Challenge 2025, Sherly Pangestu dan Indri Ramadhanti, dua pelajar dari Indonesia terpilih sebagai Distinguished Winner lewat aplikasi buatan mereka masing-masing yaitu Plant Heroes dan Memoire.

Dalam pengembangan aplikasi tersebut, Sherly dan Indira terinspirasi dari pengalaman pribadi mereka dan kebutuhan nyata di sekitar mereka.

 Istimewa)</p>

Plant Heroes

Pertama adalah Plant Heroes. Tampil sebagai aplikasi edukasi, Sherly Pangestu (22 tahun) ingin anak-anak belajar tentang pertumbuhan tanaman terkait dengan proses tumbuh dan merawat diri sehari-hari.

"Bagi saya, belajar tidak harus membosankan. Saya ingin anak-anak tahu mereka dapat tumbuh kuat, seperti pohon dirawat dengan baik," ujar Sherly.

Memiliki visual ceria dan interaksi sederhana, Plant Heroes mengajak anak-anak merawat tanaman digital sambil belajar pentingnya menjaga lingkungan.

Hadir dalam acara Worldwide Developers Conference (WWDC) 2025 di Cupertino, Amerika Serikat, aplikasi buatan Sherly mencuri perhatian CEO Apple Tim Cook. 

Mendapatkan kesempatan memperlihatkan aplikasi buatannya secara langsung ke orang nomor satu di Apple, Sherly sempat mengatakan ingin membawa aplikasi Plaet Heroes ke sekolah-sekolah.

"Saya ingin berkolaborasi dengan sekolah-sekolah di Indonesia dan luar negeri. Setiap anak berhak menikmati pembelajaran sains tanpa batasan metode tradisional," kata Sherly.

Memoire

Sementara itu, Indri Ramadhanti (24 tahun) mengembangkan aplikasi terinspirasi dari sang nenek yang mulai mengalami penurunan daya ingat.

Lewat Memoire, Indri berharap aplikasi buatannya bisa membantu orang-orang, terutama para lansia. "Saya ingin membantu orang-orang, terutama pada lansia, agar tetap merasa dekat dengan masa lalu mereka, agar kenangan indah tidak hilang begitu saja," ungkap Indri. 

Aplikasi buatan Indri ini memungkinkan pengguna menyimpan foto, cerita, suara, dan kenangan dalam bentuk digital agar mudah diakses nantinya. Memoire juga memiliki fitur kuis memori untuk membantu mempertahankan kemampuan mengingat.

Indri berharap, dirinya bisa mengembangkan Memoire lebih jauh untuk mendukung penderita dimensia dan keluarganya. "Saya ingin teknologi membawa kedekatan dan kenyamanan, bukan jarak."

Apple menjelaskan, Swift Studen Challenge mendorong pelajar untuk mengembangkan solusi nyata. Peserta dapat mempersiapkan diri dengan mempelajari materi Develop in Swift dan mengikuti sesi Meet with Apple yang dimulai pada 15 November 2025 nanti secara daring.

20 Anak Muda RI Sabet Penghargaan di Swift Student Challenge Apple 2025

Lebih lanjut, para anak muda Indonesia berhasil mencuri perhatian Apple dalam ajang Swift Student Challenge 2025, di mana dari total 350 aplikasi yang didaftarkan dari seluruh dunia.

Pada tahun ini, ada 20 pelajar dari RI terpilih sebagai pemenang di kompetisi Swift Student Challenge Apple ini.

Setiap tahunnya, raksasa teknologi berbasis di Cupertino tersebut menggelar kompetisi bergengsi bagi para pelajar untuk menunjukkan kreativitas mereka melalui pengkodean menggunakan bahasa pemrograman Swift.

Adapun para pemenang dinilai berdasarkan inovasi, kreativitas, dampak sosial, hingga semangat inklusif tertuang dalam aplikasi buatan mereka.

Salah satu aplikasi mencuri perhatian adalah HowEyeSee, karya Ali Haidar (23) dari Jakarta. Lewat aplikasi ini, Ali ingin menghadirkan pengalaman edukatif interaktif mensimulasikan tantangan sehari-hari penyandang disabilitas, seperti gangguan kognitif, visual, dan motorik.

Berbekal teknologi SwiftUI, SceneKit, hingga AVFoundation, pengguna diajak merasakan langsung kesulitan tersebut. Dengan cara ini, Ali ingin menumbuhkan empati pengguna melalui permainan dan simulasi multisensori.

EaseOut dan GuardUp

Tak kalah inspiratif, GuardUp karya Stefanus Alber Wilson (20) tampil sebagai aplikasi mendukung kesehatan mental. Aplikasi ini menyediakan ruang aman bagi pengguna yang mengalami perundungan (bullying) atau tekanan emosional.

Aplikasi ini juga sudah dilengkapi dengan chatbot kecerdasan buatan (AI) berbasis CoreML, cerita interaktif, hingga tantangan harian mendorong refrleksi diri.

Lain lagi dengan aplikasi karya Stevans Calvin Chandra, EaseOut, di mana menghadirkan solusi sederhana namun efektif untuk mengatasi stres dan kecemasan melalui alat simulasi detak jantung dan mainan fidget digital, lengkap dengan feedback haptic berkat teknologi Core Haptics.

Apple menyebut total ada 350 pemenang global di Swift Student Challenge tahun ini, dan dari jumlah tersebut, 50 pelajar dipilih sebagai Distinguished Winners akan mendapatkan pengalaman eksklusif langsung di Apple Park, Cupertino, saat gelaran WWDC (Worldwide Developers Conference) berlangsung.

Para pelajar ini akan bergabung dengan kreator teknologi dari seluruh dunia dalam program khusus menginspirasi dan memperluas jaringan mereka di dunia pengembangan aplikasi.

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |