AI Masuk Industri Musik, Alat Bantu Atau Ancaman Musisi?

1 month ago 21

Liputan6.com, Jakarta - Perkembangan kecerdasan buatan (AI) mulai merambah ke industri musik Indonesia. Para pencipta musik mulai bereksperimen menggunakannya untuk menghasilkan karya berbeda. Namun, kehadirannya masih menjadi kontra bagi banyak musisi.

AiDEA Weeks 2025 menyuguhkan diskusi bertajuk “Music Meets: AI in Music Industry” yang membahas bagaimana perkembangan AI dalam dunia musik, terutama di Indonesia. Musician Manager, Noor Kamil serta Hip Hop Artist dan Producer, Tuan Tigabelas, membagikan pengalaman dan pendapat mereka terkait peran AI dalam menciptakan sebuah musik.

Noor membagikan pengalamannya menggunakan AI ChatGPT untuk membuat demo musik. Menurutnya secara proses pembuatan musik, AI membantunya untuk menemukan instrumen yang sesuai.

“Nah pas bikin demo, itu ada beberapa pattern drum, terus aransemen sound referensi, sound keys-nya, sound keyboard-nya seperti apa aja ya. Itu mungkin bisa membantu proses demonya. Habis itu proses produksi, bikin sendiri,” papar Noor dalam live podcast di Jakarta, Jumat (14/11/2025).

Penggunaan AI membantunya lebih cepat untuk menemukan musik demo, yang awalnya butuh waktu seminggu kini Noor dapat menyelesaikan hanya dalam satu hari.

Berbeda dengan Noor, dibandingkan menggunakan Toolkit AI, Tuan Tigabelas lebih memilih menggunakan cara konvensional untuk menulis musik.

“Kalau dari segi writing, entah kenapa gue orang yang sangat konvensional. Gue masih suka pake pulpen sama kertas, karena menurut gue tuh suka proses coret-coret dan 'marah-marahnya',” ungkap Tuan Tigabelas.

Namun, ia tidak menutup diri untuk menggunakan AI dalam hal mempermudahnya. Ia mengaku menggunakan AI untuk membantu membuat kerangka kerja.

“Menurut gue pribadi, AI sangat membantu untuk bikin kerangka. Tapi balik lagi, kerangkanya butuh rasa, akhirnya kita yang kasih rasanya. Jadi untuk membantukan tema, narasi cerita itu biasanya sangat membantu. Hingga akhirnya nanti di proses finalize-nya baru manusianya yang kasih rasa,” Tuan Tigabelas memaparkan.

AI Tidak Bisa Gantikan Rasa

Musik diciptakan untuk menyampaikan rasa serta emosi untuk pendengar melalui nada dan irama. Para musisi menginginkan pesannya tersampaikan dengan jelas dan bermakna. Namun hadirnya musik AI hal baru bagi penyuka musik.

Noor menjelaskan, AI memang membawa perubahan pada proses produksi musik. Meski demikian, AI hanya berfungsi sebagai asisten, bukan pengganti.

“Harus ada critical thinking dari kitanya sendiri untuk ulik-ulik lagi. Atau nanti secara liriknya pasti ada yang gue ulik. Jadi hanya memang referensi, mostly asisten ya jadinya,” tutur Noor.

Begitu pula dengan Tuan Tigabelas yang sejalan dengan Noor. AI sampai saat ini belum bisa memberikan rasa yang diinginkan musisi dan produser musik. Tuan Tigabelas menyoroti musik yang memiliki rasa berdampak besar baginya.

“Gue banyak diselamatkan sama musik sampai hari ini, manusia dinamika hidupnya naik turun. Tapi waktu turun gue banyak ketemu musik yang akhirnya menguatkan dan gue hidup sampai hari ini,” ungkapnya.

Ia turut menilai ketika sebuah karya kehilangan esensi atau rasa, maka tidak lagi dapat disebut sebagai seni. Menurutnya, hubungan manusia dengan kebudayaan sejalan dan berkembang bersama.

“Tapi kalau sampai musik sudah hilang esensi, ya itu bukan musik lagi, bukan seni lagi, itu bunyi doang. Jadi sampai kapan pun gue rasa kita akan tetap butuh itu (rasa). Itu yang bikin kita masih sadar bahwa esensi kita adalah manusia,” terangnya.

AI Hanya Alat Bantu

Sebagai musisi Hip Hop, Tuan Tigabelas menyebut genre tersebut tidak asing lagi dengan teknologi. Penggunaan Digital Audio Workstation (DAW), pola drum otomatis, hingga tempo ia sebut sebagai “AI awal”.

“Kalau ngomongin AI, semua DAW sebelum ini booming sudah menyediakan itu. Waktu kita kasih tempo 120 BPM, kita pilih-pilihan drumnya, semuanya sudah automatically fit in, itu sudah AI sebenarnya,” Tuan Tigabelas menambahkan.

Ia tidak merasa terancam dengan teknologi dunia musik yang kian canggih. AI menurutnya sebagai alat bantu untuk mencapai keinginan.

“Mereka (AI) cuma ngebantu gue untuk sampai ke tujuan. Enggak ada pun gue bisa. Karena enggak ada lo (AI) gue bisa jalan. Tapi karena ada lo ya gue terbantu,” jelasnya.

Identitas Musisi Mulai Terancam dengan Musik AI

Pembahasan baru pun muncul, tentang fenomena karya musik AI yang meniru gaya, suara, hingga karakter musisi tanpa izin. Noor dan Tuan Tigabelas menilai hal tersebut mengkhawatirkan bagi dunia musik, terlebih menyangkut identitas dan kepemilikan.

“Itu meresahkan sih. Maksudnya kayak lo mengambil satu karakter dan bikin aja seperti yang lo mau,” ucap Noor.

Ia menambahkan, ketika sebuah musik memiliki kemiripan dengan musik lain, musik baru akan terdeteksi dari watermark. Namun pendapat berbeda muncul dari Tuan Tigabelas, di mana ia khawatir dengan plagiarisme musik.

Alih-alih melaporkan dan monetize lagu dari hasil plagiat karyanya, ia menganggap ketakutan sebagai bentuk dukungan untuk menjadi dirinya sendiri.

“Ketakutan sih pasti ada ya, maksudnya itu (ketakutan) yang bikin kita terus develope jadi kita lebih baik. Cara gua mengatasinya ya ternyata terus jadi diri gue sendiri saja,” Tuan Tigabelas memungkaskan.

Infografis: PP 56/2021 Demi Kesejahteraan Musisi (Liputan6.com / Abdillah)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |