loading...
Banyak perusahaan teknologi militer raih untung besar. Foto/X
WASHINGTON - Industri senjata global sedang mengalami periode pertumbuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya, didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan meningkatnya anggaran militer di seluruh dunia. Menurut data tahunan terbaru, 100 perusahaan produsen senjata terkemuka dunia secara kolektif menghasilkan rekor pendapatan sebesar USD632 miliar, angka yang diproyeksikan akan terus meningkat hingga tahun 2024 dan 2025 di tengah perang yang disponsori Barat di seluruh dunia.
Total pendapatan persenjataan dari 100 negara teratas tumbuh sebesar 19 persen antara tahun 2015 dan 2023, menurut laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) yang diterbitkan pada Desember 2024.
Menurut data SIPRO, yang diterbitkan oleh kantor berita AFP awal pekan ini, 50 produsen senjata terbesar saja menghasilkan pendapatan sebesar USD547 juta pada tahun 2023, yang kemungkinan melonjak pada tahun 2024 dan 2025.
Lonjakan ini berkaitan erat dengan perang genosida Israel-Amerika yang sedang berlangsung di Gaza, konflik Rusia-NATO di Ukraina, dan persaingan strategis yang semakin ketat antara negara-negara besar.
Permintaan kini mencakup berbagai spektrum, mulai dari peluru artileri dasar hingga rudal hipersonik mutakhir dan sistem persenjataan berbasis kecerdasan buatan.
AS tetap menjadi hegemon yang tak terbantahkan di arena militer dan persenjataan. Perusahaan-perusahaan senjata Amerika Serikat menyumbang lebih dari separuh dari seluruh penjualan 100 perusahaan teratas, dominasi mereka ditopang oleh anggaran militer AS yang kini melebihi $886 miliar.
Perusahaan-perusahaan Eropa dan Asia juga mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh upaya persenjataan kembali di seluruh benua dan meningkatnya kekhawatiran keamanan regional.
Namun, pasar yang sedang berkembang pesat ini menggarisbawahi sebuah paradoks. Negara-negara yang menjadi tuan rumah bagi raksasa-raksasa industri militer ini, AS dan sekutu-sekutunya di Eropa, juga menampilkan diri sebagai penengah global non-proliferasi.
Peran ganda ini menunjukkan kemunafikan yang nyata: memberi sanksi kepada negara lain karena mengembangkan dan mengekspor kapabilitas militer, sementara mereka sendiri meraup untung besar dari perdagangan yang sama.
Hasil produksi yang luar biasa dari sepuluh perusahaan ini lebih dari sekadar mendefinisikan kapabilitas militer modern. Hal ini juga membentuk hubungan internasional dan memengaruhi kalkulasi suram perang global secara mendalam dan berkelanjutan.
8 Perusahaan Teknologi Militer yang Rauh Untung Besar dari Bisnis Perang
1. Lockheed Martin
Melansir Press TV, Lockheed Martin Corporation dengan kokoh mempertahankan posisinya sebagai produsen senjata terbesar di dunia, dengan pendapatan persenjataan diperkirakan mencapai USD64,7 miliar untuk tahun 2024.
Dominasi finansial dan strategis perusahaan ini ditopang oleh program F-35 Lightning II, yang menghasilkan sekitar USD20 miliar per tahun dan berfungsi sebagai tulang punggung kekuatan udara bagi AS dan banyak negara sekutu.
Portofolio Lockheed Martin jauh melampaui pesawat tempur generasi kelima. Portofolio ini mencakup sistem pertahanan penting seperti sistem pertahanan rudal THAAD, program pengembangan rudal hipersonik seperti ARRW, dan platform luar angkasa canggih, termasuk pesawat ruang angkasa Orion.
Dengan backlog pesanan yang melebihi USD160 miliar, perusahaan ini sangat tertanam dalam poros strategis militer AS ke Pasifik, memastikan peran sentralnya dalam perencanaan pertahanan global untuk beberapa dekade mendatang.
Akuisisi Terran Orbital senilai USD450 juta oleh Lockheed Martin baru-baru ini semakin menggarisbawahi ambisinya untuk mendominasi ranah luar angkasa militer yang sedang berkembang. Langkah ini menyoroti dorongan tanpa henti menuju integrasi vertikal dan keunggulan teknologi, yang memperkuat statusnya tidak hanya sebagai kontraktor pertahanan tetapi juga sebagai arsitek penting medan perang masa depan.
BacaJuga: Perundingan Israel dan Suriah Gagal, Apa Pemicunya?
2. RTX Corporation
Sebelumnya dikenal sebagai Raytheon Technologies, RTX berdiri sebagai landasan teknologi militer Amerika dengan perkiraan pendapatan persenjataan sebesar USD40,6 miliar pada 2024.