Studi Terbaru Ungkap Dinosaurus Mungkin Masih Hidup, jika Asteroid Tak Hantam Bumi

16 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Selama lebih dari tiga dekade, sejumlah ilmuwan memperdebatkan satu pertanyaan besar, apakah kepunahan dinosaurus memang mulai terjadi sebelum akhirnya asteroid menghantam Bumi 66 juta tahun lalu?

Dikutip dari Live Science, Sabtu (3/5/2025), sejumlah peneliti dari University College London pun berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Hasilnya, berdasarkan studi baru yang sudah diterbitkan, dinosaurus ternyata sebenarnya masih bisa berkembang.

Menurut penulis utama studi tersebut Chris Dean, dugaan soal dinosaurus yang sudah mendekati kepunahan kemungkinan besar disebabkan oleh data fosil yang tidak akurat.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa ide tersebut mungkin hanya ilusi akibat kurangnya rekaman fosil dari periode kritis itu," ucap Chris.

Dalam studinya, Chris bersama tim menganalisis sekitar 8.000 fosil dinosaurus dari Amerika Utara yang berasal dari dua periode penting di akhir zaman kapur, yakni usia Campanian (83,6 hingga 72,1 juta tahun lalu) dan Maastrichtian (72,1–66 juta tahun lalu).

Kemudian, fokus penelitian tertuju pada empat famili dinosaurus populer: Ankylosauridae (dinosaurus berzirah), Ceratopsidae (seperti Triceratops), Hadrosauridae (dinosaurus paruh bebek), dan Tyrannosauridae (termasuk T. rex).

Lalu, mereka mengembangkan model untuk meneliti lebih lanjut soal kemungkinan masa hidup dinosaurus tersebut. Hasilnya, analisis menemukan kalau keempat famili dinosarus itu masih tetap tersebar luas dan masih umum ditemukan.

Dengan kata lain, mereka sebenarnya tidak menunjukkan tanda-tanda alami menuju kepunahan, sebelum asteroid menabrak Bumi.

Menurut studi ini, penurunan jumlah fosil dari periode Maastrichtian lebih disebabkan oleh kondisi geologis yang tidak mendukung proses fosilisasi.

Penyebab Fosil Dinosaurus Jarang Ditemukan

Salah satu penyebabnya adalah penyusutan Western Interior Seaway, lautan purba yang pernah membelah Amerika Utara dari Teluk Meksiko hingga Kutub Utara.

Bersamaan dengan itu, pembentukan Pegunungan Rocky yang dimulai sekitar 75 juta tahun lalu juga turut mengganggu proses pelestarian fosil.

Selain itu, banyak lapisan batuan dari periode Maastrichtian di Amerika Utara tidak terpapar secara alami atau tertutup vegetasi lebat, menyulitkan para paleontolog untuk menemukan fosil dari masa tersebut.

Kondisi itu yang kemudian membuat ada anggapan kalau dinosaurus sebenarnya sudah menuju kepunahan, meski tidak ada asteroid. 

Kendati demikian, studi terbaru ini malah makin memperkuat hipotesis kalau asteroid adalah penyebab utama kepunahan dinosaurus.

Bahkan, menurut salah satu peneliti, jika bukan karena asteroid, dinosaurus mungkin masih hidup berdampingan dengan mamalia dan reptil.

Ukuran Buaya Purba Ini Ternyata Lebih Besar dari Dinosaurus, Berapa Panjang dan Bobotnya?

Di sisi lain, predator karnivora terbesar dan terkuat di Amerika Utara ternyata bukan dinosaurus, melainkan seekor buaya purba. Deinosuchus, yang dalam bahasa Yunani berarti 'buaya mengerikan'--diperkirakan hidup pada 75 juta tahun silam.

Mengutip National Geographic, Kamis (1/5/2025), buaya purba ini diperkirakan memiliki panjang lebih dari 10 meter dan berat mencapai lebih dari lima ton.

Bekas gigitan pada tulang-belulang purba menjadi bukti tak terbantahkan bahwa reptil raksasa ini memangsa dinosaurus. Namun, bagaimana Deinosuchus bisa tumbuh menjadi predator yang begitu besar dan tersebar luas menjadi misteri yang belum terpecahkan.

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Communications Biology mengklaim telah memecahkan teka-teki tersebut. Penelitian ini mengubah posisi Deinosuchus dalam bagan keluarga buaya dan berpotensi menjelaskan toleransi reptil purba ini terhadap habitat air asin.

"Kami ingin memahami lebih baik bagaimana Deinosuchus menjadi predator puncak yang sukses di lahan basah pesisir di seluruh Amerika Utara, dan mengapa ia tumbuh begitu besar," ujar Márton Rabi, seorang paleontolog dari Universitas Tübingen di Jerman yang juga merupakan salah satu penulis studi ini.

Jejak Deinosuchus telah diikuti oleh para paleontolog sejak sepasang gigi fosil ditemukan di Carolina Utara pada 1858. Sejak saat itu, fosil gigi, perisai tulang, potongan tengkorak, dan bagian kerangka reptil ini telah ditemukan di Meksiko, Utah, Texas, Montana, Carolina Selatan, New Jersey, dan banyak lagi.

Fosil-fosil buaya purba ini muncul di sepanjang tepi garis pantai prasejarah Amerika Utara dalam batuan berusia 82 hingga 72 juta tahun. Di rawa-rawa dataran rendah Amerika Utara pada Zaman Kapur, Deinosuchus mengintai dan menunggu mangsanya mendekat cukup untuk diterkam.

Foto Pilihan

Para karyawan menyambut pelanggan yang memasuki toko mereka yang menjual Apple iPhone 16 di Jakarta pada 11 April 2025. (BAY ISMOYO/AFP)
Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |