loading...
Gustavo Petro, Presiden Kolombia yang caci maki Israel sebagai Nazi baru dalam pidatonya di Sidang Umum PBB. Dia juga demo pro-Palestina di New York. Foto/Periodico 26
JAKARTA - Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva telah mencium kepala Presiden Kolombia Gustavo Petro sebagai penghormatan atas pidatonya yang berani di Majelis Umum PBB. Dalam pidatonya, Petro mencaci maki Israel dengan sebutan "Nazi baru".
Dia juga menyerukan pembentukan pasukan militer internasional, termasuk dari negara-negara Asia, untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Zionis Israel.
Petro mendorong dunia internasional untuk melawan "tirani dan totalitarianisme", yang menurutnya, disebarkan oleh Amerika Serikat (AS) dan NATO.
“Kita membutuhkan pasukan yang kuat dari negara-negara yang tidak menerima genosida. Itulah sebabnya saya mengajak bangsa-bangsa di dunia dan rakyatnya, lebih dari segalanya, sebagai bagian integral dari umat manusia, untuk menyatukan senjata dan pasukan. Kita harus membebaskan Palestina,” ujarnya dalam pidato hari Selasa lalu.
Baca Juga: Presiden Kolombia Serukan Tentara Internasional untuk Membebaskan Palestina
Petro lebih lanjut menegaskan bahwa sudah saatnya untuk bertindak, bukan sekadar kata-kata, menekankan bahwa “mereka tidak hanya akan mengebom Gaza, bukan hanya Karibia seperti yang telah mereka lakukan, tetapi seluruh umat manusia yang menuntut kebebasan.”
Tak hanya lantang di podium PBB, Presiden Kolombia ini juga turun ke jalan di New York—bergabung dengan demonstran yang memprotes genosida militer Israel terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Keberaniannya telah membuat pemerintah Amerika Serikat terusik, yang pada akhirnya mencabut visa Petro. Menurutnya Petro, tindakan AS ini jelas merupakan pelanggaran aturan PBB.
Profil Gustavo Petro yang Gigih Bela Palestina
Mengutip laman Britannica, Gustavo Petro lahir pada 19 April 1960 di Ciénaga de Oro, Kolombia. Dia adalah seorang politikus dan mantan anggota kelompok gerilya Marxis Gerakan 19 April (M-19)—yang pada tahun 2022 menjadi orang kiri pertama yang menjabat sebagai presiden Kolombia.
Kemungkinan besar merupakan keturunan Italia atau Roma, Petro lahir di Ciénaga de Oro, sebuah kota kecil di wilayah peternakan sapi dan kapas di negara bagian Cordoba di Kolombia barat laut.
Setelah keluarganya pindah, dia tumbuh besar sekitar 50 km (30 mil) di timur laut Bogotá di kota pertambangan garam Zipaquirá, Cundinamarca, di mana dia menyaksikan kemiskinan yang berdampak seumur hidup padanya, begitu pula pengalaman awalnya dengan para organisator buruh, yang turut membentuk apa yang kelak menjadi pandangan dunia kirinya.
Semasa kecil, dia gemar membaca biografi dan bercita-cita menulis novel kriminal. Dia juga mengagumi novelis peraih Nobel Gabriel García Márquez, yang pernah bersekolah di sekolah Katolik tempat Petro menempuh pendidikan awalnya, Colegio Nacional de La Salle, di Zipaquirá.