Pergolakan Raja Mataram dan Perang Saudara yang Berujung Pembunuhan Massal

17 hours ago 5

loading...

Pergolakan Raja Mataram dengan saudara dan beberapa tokoh ulama berujung pembunuhan massal dengan korbannya rakyat. Foto: Ist

PERGOLAKANRaja Mataram dengan saudara dan beberapa tokoh ulama berujung pembunuhan massal dengan korbannya rakyat. Sultan Amangkurat I yang berkuasa di Mataram Islam pernah membalas dendam kepada pihak-pihak yang mendukung Pangeran Alit, saudara tirinya yang awalnya hendak dilantik jadi raja.

Hal itu yang disebut Sultan Amangkurat I pergolakan internal Mataram membuat adiknya tewas. Konflik itu memang memberikan bekas luka di Sultan Amangkurat I. Ketika ada kesempatan naik takhta dia langsung menghukum beberapa pihak yang terlibat.

Baca juga: Kisah Perdamaian Mataram dengan Belanda di Era Sultan Amangkurat I

Sultan Mataram itu kerap mengelak tanggung jawab atas berbagai tindak kekerasan yang dilakukannya. Tapi, sekali lagi Sultan Mataram menunjukkan wajah marah dan terkejut di hadapan para pejabat istana.

Sultan Amangkurat I selama 1 jam lamanya tidak sepatah kata pun diucapkan dan ini membuat orang merasa tercekam. Tidak seorang pun yang berani mengangkat kepalanya, apalagi memandang wajah Sultan Amangkurat I.

HJ De Graaf pada bukunya "Disintegrasi Mataram : di Bawah Mangkurat I" Sultan Amangkurat I berkata kepada pamannya Pangeran Purbaya, "Para pemuka agama, yang seharusnya menjadi teladan bagi mereka semua dalam perbuatan-perbuatan kebajikan, mereka itulah penyebab kematian adiknya".

Setelah itu, dia menyuruh 4 orang kepercayaannya menyeret ke depan beberapa orang yang tidak turut terbunuh yang segera mengaku telah merencanakan untuk mengangkat Pangeran Alit sebagai raja. Seraya meledak amarahnya, Sunan menyuruh seret 7 atau 8 orang pembesar yang dicurigainya dan mereka dibunuh. Istri dan anak-anak mereka pun segera dibunuh.

Akhirnya dia masuk kembali ke keraton meninggalkan semua pembesar yang sudah tua dan diangkat semasa pemerintahan ayahnya itu dalam suasana tercekam dan penuh kekhawatiran. Demikianlah dilaporkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Goens pada tahun 1656.

Pada tahun 1648 Van Goens sebagaimana pada laporannya Gezantschapsreizen halaman 67, sudah melihat cara pemerintahan yang aneh yaitu yang membunuh para pembesar sudah tua untuk digantikan oleh yang muda".

Masa-masa penuh pergolakan itu diselingi masa-masa yang lebih tenang. Setelah tiga tahun pertama yang mengganas menyusul sedikitnya lima tahun memperlihatkan sisi-sisi raja yang lebih baik.

(jon)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |