Maestro Herbal Indonesia Rayakan Satu Tahun Sanga Sanga

4 hours ago 1

loading...

Bagi banyak orang, nama Bambang Pranoto identik dengan minyak herbal Kutus Kutus yang melegenda. Foto/istimewa

JAKARTA - Bagi banyak orang, nama Bambang Pranoto identik dengan minyak herbal Kutus Kutus yang melegenda. Tapi hanya segelintir yang tahu betapa panjang perjalanan hukum dan batin yang harus dilaluinya demi mendapatkan kembali legitimasi atas karya racikannya.

Bambang pun melangkah maju. Ia menghadirkan Sanga Sanga sebagai transformasi dari pengalaman lebih dari satu dekade dalam dunia pengobatan tradisional Nusantara. Bukan hanya kelanjutan, tapi lompatan kali ini melalui Sanga Sanga, minyak balur herbal racikan Bambang Pranoto dan kini merayakan ulang tahun yang pertama dengan tema: “Melangkah Maju Mengukir Sejarah.”

Sanga Sanga sendiri hadir dalam dua varian: Sanga Sanga Classic dengan 77 jenis herbal, dan Sanga Sanga Ultimate yang meramu hingga 140 herbal berbeda.

Setiap tetesnya adalah hasil riset, intuisi, dan tradisi panjang. Produk-produk ini tak hanya mengedepankan khasiat, tapi juga telah mengantongi sertifikasi BPOM dan halal dari MUI yang jadi sebuah penegasan bahwa warisan tradisional pun bisa berdiri sejajar dengan standar modern.

“Produk ini adalah wujud dari pengalaman saya. Lebih murni, lebih kuat, lebih setia pada akar pengobatan Nusantara,” ujar Bambang Pranoto dengan suara tenang namun penuh keyakinan.

Dalam satu tahun kehadirannya, Sanga Sanga telah menorehkan sejumlah tonggak penting. Mulai dari peluncuran logo baru yang terinspirasi dari aksara Bali, simbol kuat dari identitas dan kearifan lokal hingga pembukaan Museum Kutus Kutus & Sanga Sanga, yang tidak hanya menyimpan artefak, tetapi juga menjadi ruang edukasi bagi generasi masa kini dan mendatang.

Tak berhenti di dalam negeri, Sanga Sanga bahkan telah memulai langkah ekspansi ke Eropa, dengan Belanda sebagai pintu masuk.

“Kami percaya bahwa khasiat herbal Nusantara bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat masyarakat global,” ungkap Riva Effrianti, CEO Sanga Sanga.

Riva menambahkan bahwa perjalanan ini bukan sekadar bisnis.

“Ini adalah warisan. Kami membangun sesuatu yang lebih dari sekadar merek: sebuah kebenaran yang akhirnya menemukan jalannya, sebuah karya asli yang kembali pada sumbernya,” ujarnya lagi.

Dalam dunia yang semakin sarat dengan klaim tanpa akar, Sanga Sanga berdiri sebagai pengecualian. Ia lahir dari tangan yang pernah terluka, tapi tak pernah berhenti meracik.

Ia tumbuh dari semangat untuk menyembuhkan, bukan menjual mimpi. Ia adalah bentuk baru dari semangat lama: keikhlasan, ketulusan, dan dedikasi pada kesehatan sejati.

Satu tahun Sanga Sanga bukan hanya pencapaian, tapi awal dari cerita yang lebih besar, tentang bagaimana satu orang dengan kesetiaan pada akar bisa menantang arus dan menciptakan jejak yang bertahan.

(dra)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |