Kisah Permusuhan Tokoh Agama dan Pejabat Tumapel, Jalan Ken Arok Jadi Brahmana

10 hours ago 5

loading...

Di masa Tunggul Ametung terjadi perang dingin antara golongan bangsawan, para pejabat dan kaum Brahmana atau pemuka agama. FOTO ILUSTRASI/IST

KONDISI sosial di Tumapel, wilayah kekuasaan Kerajaan Kediri , tak kondusif. Terjadi perang dingin antara golongan bangsawan, para pejabat dan kaum Brahmana atau pemuka agama. Situasi ini disebabkan kesewenang-wenangan Tunggul Ametung , penguasa Tumapel.

Tunggul Ametung memang sedang bermusuhan dengan pemuka agama. Memang sejak lama keturunan Airlangga yang menjadi raja-raja ini memiliki sekat dengan kaum pemuka agama. Bahkan hal ini juga yang diamati oleh Ken Arok, yang terlahir dari golongan Sudra, kasta terendah dalam agama Hindu.

Di banyak kasus, berdasarkan analisis Ken Arok, kaum Brahmana hanya mampu tunduk di bawah kekuasaan para kaum Ksatria. Hal ini juga konon muncul ketika peristiwa penculikan anak Brahmana, Mpu Purwa bernama Ken Dedes.

Sebagaimana dikutip dari "Hitam Putih Ken Arok: Dari Kejayaan hingga Keruntuhan", Tunggul Ametung mengeluarkan kata-kata yang seolah mengejek. "Semua Brahmana telah takluk menyembah pada kaum Ksatria. Apakah Mpu Purwa, ayahmu, belum ajarkan itu padamu?" kata-kata Tunggul Ametung itu menunjukkan betapa kerasnya pertentangan antara kaum Brahmana versus kaum Ksatria saat itu.

Dalam kondisi seperti itulah, kaum Brahmana, seperti dikatakan Tunggul Ametung, telah menyusun kekuatan, mereka sesama Brahmana tengah menggalang persekutuan. Jika agenda penggalangan kekuatan ini diketahui, maka tak segan, raja dan pejabat Istana akan memberikan hukuman yang sangat menyakitkan.

Namun, kaum Brahmana tetap nekad untuk terus berusaha menjalin kekuatan dalam menghadapi arogansi dan dominasi kaum Ksatria. Lohgawe sebagai salah seorang brahmana sangat berharap kepada Ken Arok yang dinilai sangat cerdas, genius, dan berani.

Nantinya ia berharap Ken Arok bisa memperbaiki keadaan, dengan cara membasmi kaum Ksatria yang cenderung merendahkan dan menistakan kaum Brahmana itu. Ken Arok masih ingat jelas kata-kata Lohgawe saat malam terakhir pengukuhan dirinya sebagai Brahmana sekaligus pemberian nama baru itu: "Dengan namamu yang baru, Arok, Sang Pembangun, kau adalah garuda harapan kaum Brahmana".

Dengan pengukuhan ini, Arok sesungguhnya tidak hanya ditahbiskan sebagai Brahmana, melainkan juga diberi mandat oleh kaum Brahmana untuk menjalankan misi politik di Tumapel dan Kediri. Misi politik yang harus dilakukan oleh Ken Arok dari kaum Brahmana itu adalah mengembalikan Cakrawati Bathara Guru Sang Maha Dewa Syiwa.

Selain itu, ia juga diharapkan mampu mengembalikan keseimbangan Jagat Pramudita. Ini artinya, keseimbangan kekuasaan harus dihadirkan kembali. Sebab selama ini kekuasaan sepenuhnya telah menggumpal di tangan kaum Ksatria, sehingga hal ini disebut kaum Brahmana menimbulkan kekacauan dan kesewenang-wenangan.

(abd)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |