Jaga Likuiditas, Kredit BNI Tumbuh 10,1% Jadi Rp765,47 Triliun di Kuartal I-2025

5 hours ago 3

loading...

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) melaporkan kinerja kredit perbankan di Kuartal I-2025. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memilih langkah konservatif dalam menyalurkan kredit di tengah tantangan likuiditas yang masih membayangi industri perbankan. Strateginya adalah menjaga keseimbangan antara ekspansi dan risiko kredit.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menyebutkan, fokus utama perseroan pada kuartal I 2025 adalah memperkuat likuiditas sembari tetap menjaga kualitas kredit. Strategi ini tercermin dari dominasi penyaluran kredit ke segmen korporasi berkualitas tinggi.

“BNI fokus untuk memperkuat likuiditas dengan menyeimbangkan antara pertumbuhan kredit dan faktor risiko, hal ini terlihat dari kontribusi segmen korporasi berkualitas yang mendominasi penyaluran kredit pada kuartal I tahun ini,” ujar Okki dalam keterangannya, Rabu (30/4).

Pada kuartal I-2025, BNI membukukan kredit sebesar Rp765,47 triliun atau tumbuh 10,1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari total kredit tersebut, segmen korporasi menyumbang porsi terbesar yaitu 56,6%. Sementara itu, kredit konsumer berkontribusi 18,9%.

BNI juga terus menggarap segmen menengah dan kecil, terutama dengan membidik value chain dari nasabah korporasi maupun debitur eksisting lainnya. Di sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 5 persen menjadi Rp819,58 triliun. Pertumbuhan ditopang oleh tabungan yang naik 10,2 persen dan giro yang meningkat 3,4 persen secara tahunan.

Hasilnya, komposisi dana murah (CASA) naik jadi 70,5%, lebih tinggi dibanding akhir 2024 di level 69,9%. Biaya dana atau cost of fund juga membaik dari 2,79% menjadi 2,75%. Strategi menjaga likuiditas terlihat dari penurunan rasio loan to deposit (LDR) dari 96,1% di kuartal IV-2024 menjadi 93,1% di kuartal I-2025. Dengan ruang likuiditas yang lebih lega, BNI percaya diri bisa mengejar target kredit dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Soal kualitas aset, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BNI tetap stabil di 2%, sementara rasio kredit berisiko (loan at risk/LAR) turun jadi 10,9 persen dari sebelumnya 13,3%. Kondisi ini mendorong efisiensi beban pencadangan atau credit cost dari 1 persen menjadi 0,9 persen. Dengan demikian, BNI optimistis, strategi konservatif ini akan menopang kinerja sepanjang 2025 sambil menjaga kesehatan neraca keuangan.

(nng)

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |