loading...
Prototipe uang kertas BRICS telah beredar di negara anggota dalam pecahan 50, 100, dan 200. FOTO/khaama.com
JAKARTA - Peluang investasi terkait mata uang BRICS semakin mengemuka seiring persiapan blok ekonomi tersebut menuju momentum terobosan pada 2026. Saat ini, sekitar 90 persen perdagangan antaranggota BRICS telah menggunakan mata uang lokal. Bergabungnya Indonesia sebagai anggota baru serta minat lebih dari 30 negara lain menambah prospek pertumbuhan aliansi ini di tingkat global.
Para analis memprediksi, peluncuran resmi mata uang bersama BRICS akan dilakukan pada 2026. Kondisi ini membuat strategi investasi terkait BRICS kian krusial, terutama bagi investor yang ingin mengantisipasi perubahan besar dalam arsitektur keuangan internasional.
Baca Juga: 8 Efek Mata Uang Baru BRICS terhadap Dollar AS jika Sudah Berlaku
Sejumlah jalur investasi mulai terbuka, salah satunya melalui prototipe uang kertas BRICS yang telah beredar di negara anggota dalam pecahan 50, 100, dan 200 unit. India bahkan menyatakan akan menghadirkan "bentuk baru" bagi BRICS selama masa kepemimpinannya pada 2026.
Dikutip dari Watcher Guru, instrumen obligasi negara menjadi pilihan utama bagi investor. Obligasi Brasil saat ini menawarkan imbal hasil 6,7 persen, India 6,3 persen, dan China 2,8 persen. Angka tersebut 2–4 persen lebih tinggi dibandingkan obligasi pemerintah Amerika Serikat, sehingga menarik bagi diversifikasi portofolio global.
Selain obligasi, peluang juga hadir melalui produk Exchange-Traded Fund (ETF). Beberapa ETF yang memberi akses ke pasar BRICS antara lain iShares MSCI Brazil ETF (EWZ), India ETF (INDA), China ETF (MCHI), dan South Africa ETF (EZA). Perubahan kebijakan di Afrika Selatan turut memperkuat sinyal positif bagi investasi berbasis mata uang BRICS.
Dari sisi infrastruktur, New Development Bank (NDB) telah menggelontorkan investasi sekitar USD30 miliar untuk berbagai proyek. Langkah tersebut sekaligus memperkuat fondasi pengembangan mata uang BRICS, seiring uji coba sistem pembayaran BRICS Pay dan pengembangan mata uang digital bank sentral masing-masing negara anggota.