Film Taj Mahal: An Eternal Story Akan Rilis 2026, Angkat Kisah Cinta Abadi di Balik Monumen Ikonis

Liputan6.com, Jakarta - Film drama sejarah Bollywood Taj Mahal: An Eternal Love Story yang pertama kali dirilis pada 2005 silam, akan ditayangkan kembali, kali ini menyambangi bioskop Inodnesia. Setelah dua dekade, film ini akan diperkenalkan ke penonton Indonesia melalui rilis komersial di bioskop pada tanggal 13 Februari 2026 bertepatan dengan pekan Valentine

Taj Mahal: An Eternal Love Story menceritakan kisah cinta legendaris antara Kaisar Mughal Shah Jahan dan Mumtaz Mahal, yang menjadi inspirasi berdirinya bangunan Taj Mahal. Filmnya menghadirkan cerita tentang cinta, pengorbanan, kesetiaan, serta konflik kekuasaan di balik kemegahan istana Mughal.

Film ini disutradarai dan diproduksi oleh Akbar Khan dengan tampilan sejarah yang megah serta nuansa emosional yang kuat. Ia menegaskan bahwa film ini lebih dari sekadar menggambarkan sejarah, tetapi juga perjalanan perasaan yang sangat dalam. “Bagi saya, ini bukan hanya sebuah film tetapi sebuah perjalanan ke dalam hati Shah Jahan dan cintanya,” ujarnya saat screening film di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Sabtu (13/12/2025).

Penuhi Janji Kepada Sang Istri, Pria Ini Bangun Replika Taj Mahal untuk Tempat Tinggal | Liputan 6

Penayangan film Taj Mahal: An Eternal Love Story dianggap sebagai cara untuk memperkuat pertukaran budaya antara India dan Indonesia. Film ini tidak hanya ditampilkan sebagai karya sinema, tetapi juga sebagai representasi sejarah, seni, dan nilai-nilai kemanusiaan dari kedua negara.

Duta Besar India untuk Indonesia, Sandeep Chakravorty, menilai film ini berperan penting dalam meningkatkan hubungan antarnegara. “Melalui film ini, kami ingin berbagi kisah tentang cinta, pengorbanan, dan nilai kemanusiaan yang melampaui batas negara,” ujarnya.

Akbar Khan mengungkapkan bahwa film Taj Mahal: An Eternal Love Story dibuat melalui proses panjang dan riset yang mendalam. Ia menyebut film ini sebagai salah satu proyek paling besar dan menantang yang pernah dikerjakan, mengingat ukuran produksi dan tuntutan keakuratan sejarah.

Ia juga menjelaskan seluruh elemen visual, mulai dari kostum, perhiasan, hingga properti dibuat berdasarkan referensi buku sejarah dan mengikuti workshop khusus selama lima bulan bersama para pengrajin. “Ini adalah produksi yang sangat luas dan menantang. Saya ingin setiap detailnya terasa nyata dan sesuai dengan zamannya,” ungkapnya.

Aisyah Ichsani Maulida, Ratnaning AsihTim Redaksi