Liputan6.com, Jakarta - CEO Apple, Tim Cook, akhirnya angkat bicara soal kekhawatiran kenaikan harga produk Apple di tengah tekanan tarif dagang AS yang meningkat.
Dalam sesi panggilan pendapatan terbaru, Apple menyebutkan bahwa mereka akan menanggung beban tarif hingga USD 900 juta, atau setara dengan Rp 14,4 triliun pada kuartal ini.
Untuk saat ini, biaya tersebut belum dibebankan ke konsumen. Namun, Cook tidak menutup kemungkinan harga produk Apple (termasuk iPhone) bisa naik di masa depan.
"Jelas, kami sangat terlibat dalam diskusi tarif," ujar Cook yang dikutip dari 9to5mac, Senin (5/5/2025).
"Kami belum mengumumkan apa pun soal harga. Tapi tim operasional kami telah bekerja luar biasa dalam mengoptimalkan rantai pasokan, dan kami akan terus melakukannya sebisa mungkin."
Apple sendiri terus berupaya mendiversifikasi produksinya dengan tidak hanya mengandalkan Tiongkok.
Perusahaan memperluas produksi ke India untuk memenuhi permintaan pasar AS dan juga mengandalkan Vietnam untuk lini produk lainnya.
Tapi, kebijakan tarif bisa berubah sewaktu-waktu, bahkan bisa saja negara rantai pasokan alternatif Apple ikut terdampak, tergantung arah kebijakan AS.
Untuk sekarang, harga produk Apple masih aman. Tapi, jika situasi perdagangan memanas, perubahan harga bisa saja terjadi lebih cepat dari yang dibayangkan.
Apple Pertimbangkan Produksi iPhone di AS, Ini Syarat dari Tim Cook
Di sisi lain, Wacana untuk memproduksi iPhone langsung di Amerika Serikat ternyata sudah sempat dibahas bersama CEO Apple Tim Cook. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Amerika Serikat Howard Lutnick.
Dalam wawancara dengan CNBC seperti dikutip dari Phone Arena, Sabtu (3/5/2025), Howard menuturkan, sempat bertanya langsung pada Tim Cook Apple soal kapan Apple akan mulai memproduksi iPhone di wilayah Amerika Serikat.
Menjawab hal tersebut, Tim Cook menegaskan ada satu syarat penting agar upaya ambisius itu benar-benar bisa terjadi. Adapun syarat tersebut adalah kehadiran teknologi robotik yang mumpuni.
"Saya butuh lengan robotik yang mampu bekerja dengan skala dan presisi tinggi untuk memungkinkan produksi dilakukan di sini (Amerika Serikat)," tutur Tim Cook menjawab pertanyaan tersebut.
Untuk diketahui, meski tidak dikenal sebagai pendukung Presiden Donald Trump, Tim Cook merupakan salah satu pemimpin industri teknologi yang masih memiliki hubungan baik dengan Gedung Putih.
Hubungan ini pun disebut telah memberikan keuntungan strategis bagi Apple. Salah satunya adalah pembebasan sementara iPhone dari beban tarif tinggi selama masa pemerintahan Donald Trump.
Pemerintahan Donald Trump memang Tengah Menetapkan Tarif Impor hingga 145 Persen Terhadap Produk dari China
Sebagai informasi, Pemerintahan Donald Trump memang tengah menetapkan tarif impor hingga 145 persen terhadap produk dari China, termasuk smartphone.
Padahal, China merupakan lokasi utama perakitan dan produksi iPhone, yang sebagian besar dilakukan oleh perusahaan manufaktur termasuk Foxconn.
Robotisasi pabrik juga disebut sebagai upaya perusahaan untuk menekan biaya tenaga kerja. Sebagai gambaran, di China, pekerja perakitan iPhone dilaporkan hanya menerima bayar antara USD 3 (Rp 48.000) hingga USD 3,7 (59.200) per jam.
Sementara di Amerika Serikat, Apple harus membayar setidaknya upah minimum federal yakni USD 7,25 (Rp 116.000) per jam, dua kali lipat dari biaya di China.
Oleh sebab itu, pemakaian lengan robotik untuk tugas presisi tinggi dan berulang disebut bisa jadi solusi untuk menggantikan pekerja manusia. Kendati demikian, belum diketahui, kapan Apple akan merealisasikan rencana tersebut.