BMKG Ungkap Anomali Hujan Sebulan Tumpah Sehari di Sumatra

1 hour ago 1
Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Rentetan banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra dalam beberapa hari terakhir bukan kejadian biasa.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut curah hujan ekstrem yang memicu bencana tersebut terjadi akibat anomali cuaca yang langka, di mana hujan setara satu bulan turun hanya dalam waktu sehari.

Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menjelaskan fenomena itu dipicu Siklon Tropis Senyar yang terbentuk di Selat Malaka. Meski Indonesia umumnya bukan wilayah rawan siklon, kondisi atmosfer yang berubah cepat menyebabkan pembentukan siklon tak lazim tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi ternyata terjadi anomali, karena anomali atmosfer, kemudian cuaca, seruakan dingin dan sebagainya, sehingga terbentuklah yang kita kenal dengan Siklon Senyar di Selat Malaka," ujarnya dalam rapat koordinasi di Kemendagri, Senin (1/12).

Akibat anomali siklon itu, kata dia, bencana besar terjadi di utara Sumatra. Meski kategori siklon rendah, tapi dampaknya besar.

"Dan pada saat yang sama Selat Malaka ini suhunya agak hangat, menaikkan hujan, awan hujan terbentuk cukup banyak, sehingga walaupun Siklon Senyar berkategori 1 paling rendah dari kategori 1 sampai 5, menimbulkan dampak bencana yang sangat besar," imbuh dia.

BMKG mengaku telah memprediksi potensi siklon itu sekitar delapan hari sebelum terbentuk dan sudah mengirim peringatan berulang kepada pemerintah daerah di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

Teuku menegaskan peringatan dini seharusnya menjadi dasar bagi kepala daerah untuk bergerak cepat mengantisipasi risiko banjir bandang maupun longsor.

"Siklon Tropis Senyar itu sudah bisa kita prediksi sekitar delapan hari sebelum proses pembentukan siklon. Jadi di daerah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat itu Kepala Balai 1, Balai Besar BMKG Wilayah 1 itu sudah mengeluarkan warning delapan hari sebelumnya, diulang lagi empat hari sebelumnya, kemudian dua hari sebelumnya," katanya.

Curah hujan melampaui batas normal

Dalam rapat dengan Komisi V DPR RI, data BMKG menunjukkan curah hujan ekstrem tercatat sejak 25-27 November. Di Kabupaten Bireuen, Aceh, misalnya, hujan mencapai 411 mm per hari, melebihi hujan bulanan di wilayah itu.

"Tertangkap curah hujan pada 25 November, 26 November, hingga 27 November itu sampai hitam warnanya, itu sangat ekstrem. Bahkan tertinggi ada yang 411 mm per hari di Kabupaten Bireuen. Ini bahkan lebih tinggi dari hujan bulanan di sana, mungkin 1,5 bulan ya," ucapnya.

"Jadi ini tumpah dalam satu hari dan bayangkan itu terjadi selama 3 hari. Nah, ini yang menyebabkan bencana hidrometeorologi memang sangat masif terjadi karena tanah kemudian tidak mampu atau lahan tidak mampu dalam menahan tumpahan air hujan yang demikian banyak hingga terjadilah banjir bandang, longsor, dan banjir ya," sambungnya.

Di Sumatra Utara, hujan harian tercatat mencapai 390 mm di wilayah Langkat. Kondisi serupa terpantau di Sumatra Barat yang ikut diguyur hujan berintensitas tinggi.

Ancaman Siklon lain

BMKG mengingatkan adanya potensi bibit siklon lain pada periode November hingga Februari. Wilayah yang harus meningkatkan kewaspadaan meliputi Bengkulu, Sumatra bagian selatan, Jawa bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Papua Tengah hingga Papua Selatan.

"Daerah-daerah tersebut rawan bibit siklon yang bisa berkembang menjadi siklon tropis. Dampaknya meliputi hujan lebat, banjir, longsor, hingga gelombang tinggi," kata Teuku.

BMKG menegaskan Indonesia kini harus mulai meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana yang berkaitan dengan siklon tropis, bukan hanya bencana hidrometeorologi yang sebelumnya lebih umum terjadi.

DPR soroti jumlah korban dan minta antisipasi

Ketua Komisi V DPR Lasarus menilai bencana yang menelan korban lebih dari 600 jiwa itu sebagai kejadian luar biasa. Ia mempertanyakan kesiapsiagaan lembaga terkait dalam mendeteksi dan mengantisipasi potensi bencana hidrometeorologis.

"Hujan satu bulan tumpah hanya dalam sehari. Ini fenomena besar yang harusnya bisa diwaspadai lebih dini," tegas Lasarus.

Ia meminta BMKG dan Basarnas tak sekadar memberikan informasi, tetapi juga memperkuat langkah pencegahan sebelum kondisi memburuk.

Baca selengkapnya di sini.

(tim/isn)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Dunia Televisi| Teknologi |