Arda Hatna Ceritakan Dukungan Tantri Kotak dalam Single Terbarunya, Belajar Jadi Bapak

Liputan6.com, Jakarta - Setelah merilis empat single, musisi dan solois Arda Hatna resmi mengumumkan perilisan single terbaru yang berjudul “Belajar Jadi Bapak”. Mantan vokalis Naff tersebut mengangkat isu tentang peran seorang ayah dalam keluarga secara emosional lewat lagu terbarunya itu.

Namun, di balik karya jujur Arda Hatna tersebut, ada sosok Tantri Syalindri yang selalu hadir memberi dukungannya. Tak hanya sebagai pasangan hidup, Tantri menjadi salah satu sumber kekuatan yang menenangkan di tengah perjalan kreatif Arda sebagai solois. 

Hubungan mereka bukan hanya sekadar kisah dua musisi yang berbagi panggung berbeda, melainkan juga kisah saling dukung di balik layar. Saat Arda menyalurkan refleksi pribadinya lewat lagu "Belajar Jadi Bapak," Tantri ikut menjadi bagian dari proses itu dengan caranya sendiri yang sederhana namun berarti. 

Tak hanya memberi semangat, sang istri juga menjadi tangan di balik layar. Mulai dari memotret dan hingga menenangkan Arda agar tidak terjebak dalam ekspektasi tinggi. 

Tantri memberikan dukungan penuh atas karya-karya yang dibuat oleh suaminya.

Dalam wawancara eksklusif dengan Showbiz Liputan6.com di Gedung KLY Jakarta Pusat pada Senin (27/10/2025), Arda mengaku bahwa Tantri berperan sebagai fotografer artwork untuk single "Belajar dari Bapak" menggunakan handphone, di mana Arda ingin menempelkan stiker di wajahnya seperti yang sering dilakukan anaknya saat kecil. Artwork tersebut kemudian diserahkan kepada Does University untuk penyelesaian.

“Aku mintain tolong buat fotoin ya pakai handphone. Aku mau bikin artwork, nempel-nempelin stiker di mukaku biar itu kayak anakku yang dulu masih kecil tuh suka nempel-nempelin dengan stiker gitu. Di situ ada foto-foto keluarga aku,” ujar Arda. 

Selain itu, Tantri juga menasihati Arda agar tidak berekspektasi terlalu tinggi terhadap lagu tersebut. Ia memperingatkan bahwa berekspektasi lagu akan meledak atau booming hanya akan membuat Arda lelah dan kecewa. Inti dari berkarya adalah niat baik untuk membawa manfaat dan menjadikannya sebagai curahan hati yang membahagiakan Arda sendiri.

“Dia bilang bahwa Arda, ingat ya, jangan berekspektasi. Lakuin aja. Kenapa? Karena kamu kecewa nanti. Karena kalau kamu berekspektasi lagu ini nantinya akan meledak. Lagu ini akan booming, lagu ini akan ini. Kamu capek,” ucapnya.

Lagu "Belajar Jadi Bapak" terinspirasi dari momen hidup Arda setelah ia menjadi seorang ayah. Ia menyadari adanya "monster" di dalam tubuhnya, yaitu inner child yang belum selesai. 

Momen kritis terjadi ketika ia menghukum anaknya dengan mengunci anak tersebut di kamar mandi gelap selama semenit, yang mengakibatkan anaknya menangis dan terbangun ketakutan setiap malam selama beberapa minggu. Arda merasa jahat dan dampak tindakannya sangat besar.

“Ada masa lalu inner child yang belum selesai. Aku ngehukum anakku tuh masuk kamar mandi cuman semenit, di gelap gitu. Dia nangis kejer. Setelah itu, berapa minggu kemudian dia setiap malam kebangun ketakutan. Nangis kejer. Saat itu aku takut juga ngerasa bahwa kok aku jahat banget ya impact-nya sampai segininya,” kata Arda. 

Pengalaman ini mendorongnya untuk konseling dan hipnoterapi, yang membuatnya menyadari bahwa ia belum selesai meregulasi emosi karena luka masa kecil. Ia menyimpulkan bahwa luka tersebut harus dibereskan agar tidak diwariskan kepada anaknya.

“Kejebak di tubuh laki-laki katanya enggak boleh ngeluh, enggak boleh bilang capek, harus dihadapin sendiri, enggak boleh nangis, katanya cengeng gitu. Ternyata justru berakibat fatal. Tapi enggak diperhitungkan. Kalau ternyata laki-laki KDRT itu juga enggak keren,” jelasnya.

Arda saat ini fokus merilis single meskipun ia ingin merilis album. Ia mengatakan bahwa ia telah memiliki banyak tabungan lagu. Keinginan terbesarnya dalam merilis album adalah untuk menyuarakan sesuatu yang kadang orang lain tidak bisa bicarakan.

“Rilis album sih pengin banget aku,” ujar Arda, “Pasti sih pengin aku rilis album. Tabungan laguku juga udah banyak sebenarnya, tapi aku ingin menyuarakan sesuatu yang kadang orang lain enggak bisa ngobrol. Aku pengen berangkat dari situ. Jadi kalau itu terpenuhi, album tinggal diris.”