loading...
Jihad Mahmoud, anak Palestina berusia 3 tahun yang kehilangan kaki dan 3 jarinya dalam serangan Israel, berjuang untuk hidup di tenda dalam kondisi sulit di daerah Al-Mawasi, Khan Yunis, Gaza pada 4 Januari 2025. Foto/Hani Alshaer/Anadolu Agency
GAZA - Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza Dr. Munir Al-Bursh menjelaskan rumah sakit di Gaza sangat kekurangan pasokan penting, sehingga 80% pasien tidak memiliki akses ke obat-obatan penting.
Berbicara kepada Kantor Berita Sama, Al-Bursh mengonfirmasi telah terjadi penurunan dramatis di sektor perawatan kesehatan, dengan kematian yang dapat terjadi kapan saja karena kurangnya sumber daya medis.
Dia juga mengungkapkan telah terjadi 4.500 kasus amputasi di Jalur Gaza, termasuk 800 anak-anak dan 540 wanita.
Israel telah berulang kali menargetkan sumber daya medis dan rumah sakit, yang secara langsung mengancam kualitas perawatan medis, terutama dengan terganggunya pasokan medis, pencegahan masuknya obat-obatan dan rumah sakit lapangan.
Hal ini, ditambah dengan kelanjutan kampanye pengeboman genosida telah menyebabkan masuknya orang-orang yang terluka ke unit gawat darurat, ruang operasi, dan unit perawatan intensif.
Pada dini hari Selasa, 18 Maret 2025, Israel kembali melancarkan agresi militernya terhadap Jalur Gaza, mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung selama sekitar dua bulan dengan mediasi Mesir, Qatar, dan Amerika.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, pemboman Israel mengakibatkan kematian lebih dari 700 warga Palestina.
(sya)